Oleh : Ari Subiakto
Jika kita mencoba menelusuri kembali sejarah fenomena penampakan UFO di era
modern saat ini, fenomena ini tercatat mulai marak terjadi setelah Perang Dunia
II berakhir. Penampakan pertama yang menandai tonggak lahirnya fenomena UFO di
era modern terjadi tanggal 24 Juni 1947, ketika Kenneth Arnold, seorang
pengusaha asal Amerika yang tengah menerbangkan pesawat pribadinya, melaporkan
adanya 9 obyek aneh berbentuk cakram yang terbang di atas Pegunungan Reinier,
Washington. Arnold mengatakan obyek tersebut terbang seperti piring yang
dilemparkan di atas permukaan air. Dari sinilah, berkat peran media massa,
istilah “piring terbang” atau “flying
saucer” pun lahir dan menjadi terminologi yang populer untuk menyebutkan
adanya benda-benda terbang aneh tak dikenal yang tampak di langit.
Momen penting kedua dalam sejarah UFO datang di bulan Juli 1947, dimana
hipotesis adanya kunjungan dari luar angkasa muncul lewat rumor jatuhnya sebuah
pesawat piring terbang berikut mahluk-mahluk kerdil di dalamnya di sebuah
wilayah peternakan di kota Roswell, New Mexico. Kasus ini pun kemudian resmi
menandai lahirnya mitos “Area 51”
dimana kabarnya pihak militer Amerika telah mengambil alih bangkai piring
terbang berikut mahluk-mahluk kerdil yang jatuh di Roswell itu untuk kemudian
disimpan dan dipelajari dalam sebuah hangar di pangkalan militer rahasia mereka
yang berada di gurun Nevada.
Semenjak kedua pemberitaan mengenai UFO pada bulan Juni dan Juli 1947 itu,
fenomena pemunculan UFO pun mulai marak menyusul bermunculan di berbagai
belahan bumi, terutama di wilayah Amerika dan Eropa. Sedikitnya ada 1.000
laporan tentang penampakan benda terbang asing berbentuk cakram keperakan di
siang hari atau bercahaya pada malam hari. Dalam setiap laporan dan peristiwa
pemunculan tersebut selalu terlihat adanya dua pihak yang secara aktif
terlibat, yaitu pihak militer dan media massa. Kedua belah pihak yang seolah
saling bertentangan pendapat dalam mengusung isu mengenai UFO ini sesungguhnya
saling bersinergi dalam membangun opini publik tentang adanya alien. Hipotesis
alien ini kemudian semakin diperkuat dengan pernyataan pihak AU Amerika sendiri
dalam “Project Sign” yang dikeluarkan
secara resmi pada tahun 1948, yang menyimpulkan bahwa UFO adalah benda terbang
ekstraterestrial.
Pada tahun 1950, terbit dua buah buku yang sangat penting dalam membahas
masalah fenomena penampakan UFO, yaitu “Flying
Saucers Are Real” yang ditulis oleh Donald Keyhoe dan “Behind Flying Saucers” oleh Frank Scully. Kedua buku ini sangat
penting peranannya dalam membangkitkan minat dan ketertarikan masyarakat luas
mengenai fenomena UFO di masa-masa awal gelombang pemunculannya yang pertama.
Keyhoe sendiri yang merupakan mantan perwira AL Amerika berpangkat mayor,
merupakan tokoh pertama yang mempresentasikan dan mengenalkan secara luas
Hipotesis Ekstraterestrial kepada publik masyarakat Amerika sejak tahun 1949.
Dalam bukunya tersebut, Keyhoe menulis bahwa piring terbang berasal dari planet
lain yang sedang mengawasi penduduk bumi karena khawatir akan perkembangan
senjata nuklir. Pihak militer Amerika yang kemudian menolak untuk menjawab atau
menanggapi pernyataan Keyhoe tersebut lalu dianggap oleh publik sengaja
menutup-nutupi kenyataan yang sebenarnya. Publik yang penasaran dan terpancing
dengan isu yang dilontarkan Keyhoe pun akhirnya mulai mencurigai pemerintah
Amerika.
Isu dan tekanan publik yang semakin berkembang kemudian menyebabkan AU
Amerika kembali melakukan investigasi baru tentang masalah UFO. Investigasi ini
dimulai kembali tahun 1951 dengan nama sandi Project Bluebook yang dipimpin oleh Kapten Edward J. Ruppelt. Lewat
proyek ini, terminologi “Piring Terbang”
atau “Flying Saucer” yang banyak
beredar luas di masyarakat kemudian diubah dengan istilah UFO oleh Ruppelt, dan
tetap dipakai hingga sekarang ini. Istilah UFO dipakai karena benda-benda
terbang yang dianggap berasal dari luar angkasa tersebut tidak hanya berbentuk
piringan atau cakram, melainkan ada pula yang berbentuk bola, elips, bahkan
cerutu. Hasil dari investigasi Project
Bluebook dan pihak Universitas Colorado yang diwakili Dr. Edward U. Condon,
kemudian menyimpulkan bahwa ada sebanyak 29% laporan penampakan UFO yang tidak
dapat dijelaskan atau dalam arti adalah merupakan penampakan pesawat-pesawat
asing yang tidak lazim, baik bentuk dan karakteristiknya.
Secara umum, bentuk UFO yang tak lazim itu dapat dibagi menjadi 4 macam,
yaitu bentuk cakram atau piringan (disc-shaped),
bentuk bola (spherical), bentuk
silinder (cylindrical), dan bentuk
segitiga atau sayap delta (triangle).
Keempat bentuk tersebut memang tidak lazim dikenali sebagai bentuk pesawat oleh
masyarakat awam, meskipun ada banyak prototipe pesawat eksperimen, terutama
pesawat pihak militer, yang diketahui memiliki bentuk-bentuk seperti itu.
Sementara untuk karakteristik dan kemampuan terbang UFO yang paling mengundang
tanda tanya adalah kecepatannya yang mampu mencapai hingga beberapa ribu mil
per jam, kemudian akselerasinya yang menakjubkan seperti mampu berhenti atau
meningkatkan kecepatannya secara mendadak, serta kemampuan manuvernya yang
ekstrim dan bisa mengambang diam di udara tanpa suara (silent hovering). Semua kemampuan tersebut benar-benar belum bisa
dipahami oleh para pakar penerbangan saat itu, bahkan hingga kini.
Gelombang pemunculan UFO yang kedua menyusul terjadi pada tahun 1952,
dimana laporan mengenai penampakan UFO terus semakin banyak bermunculan di
berbagai belahan dunia, termasuk selama beberapa malam berturut-turut di atas
kota Washington DC. Pada periode ini, opini publik mengenai mahluk-mahluk dari
luar angkasa (Hipotesis Ekstraterestrial) telah semakin terbentuk. Sejak awal
tahun 1950-an itu pula, kasus-kasus kontak dengan mahluk UFO pun mulai marak
terdengar. Salah satunya yang paling terkenal dan juga paling absurd adalah
kasus yang dialami oleh George Adamski, dimana ia mengaku bertemu dengan mahluk
rupawan bernama Orthon, awak piring terbang yang berasal dari planet Venus. Ia
menawarkan Adamski tumpangan ke bulan, bahkan menghadiri konferensi di planet
Saturnus. Perjumpaan tersebut juga disertai dengan pesan-pesan dari mahluk
Venus tersebut tentang bahaya senjata nuklir, sebuah isu yang memang tengah
populer pada masa itu.
Pada tahun 1961, terminologi “alien
abduction” pun lahir dan mencuat lewat kasus penculikan Barney dan Betty
Hills oleh awak UFO yang diduga berasal dari sistem perbintangan Zeta Reticuli.
Kasus ini pun dengan cepat mengubah tren kontak dengan mahluk UFO, dari kasus
perjumpaan dengan mahluk rupawan yang baik hati menjadi kasus penculikan oleh
alien abu-abu bertampang seram dan dingin yang tak memiliki emosi. Pertengahan
tahun 1970-an laporan tentang penculikan dan kontak dengan mahluk UFO semakin
populer dan santer terdengar. Kasusnya pun semakin bervariasi sehingga kemudian
mendorong lahirnya berbagai macam spekulasi, mulai dari adanya konspirasi
pemerintah dengan alien (alien conspiracy)
dimana katanya pihak pemerintah Amerika memperoleh transfer teknologi dari para
alien dan sebagai kompensasinya mereka diizinkan untuk melakukan penculikan dan
juga eksperimen genetika terhadap penduduk bumi, hingga mendorong lahirnya
sejumlah gerakan atau sekte keagamaan pemuja alien (alien occultism) yang sempat populer pada era tahun 80-an dan
90-an.
Tapi kalau mau ditelusuri lebih jauh lagi, paradigma masyarakat dunia tentang
alien ini sebenarnya bukan berawal dari semua kronologis peristiwa tersebut di
atas. Histeria ini ternyata berawal dari sebuah novel karya H.G. Wells yang
berjudul “War of the Worlds” (1897) yang kemudian diangkat dan
dipopulerkan oleh Orson Welles melalui sebuah sadiwara radio yang disiarkan oleh
jaringan radio CBS ke seantero penjuru wilayah Amerika pada tahun 1938. H.G.
Wells sendiri menulis novel tersebut karena terinspirasi oleh adanya penemuan
alur-alur di permukaan planet Mars oleh Giovanni Schiaparelli pada tahun 1877
yang dijuluki “canali” atau “kanal”.
Sebutan “kanal” ini memberikan kesan bahwa alur-alur tersebut adalah buatan
(artifisial), dan memunculkan spekulasi bahwa “kanal-kanal” itu sesungguhnya
dibangun oleh para penduduk Martian atau mahluk berintelegensi yang ada di
planet Mars.
Sadiwara radio yang diangkat dari novel H.G. Wells ini menceritakan tentang
serbuan penduduk Mars ke bumi yang diceritakan dengan gaya seperti pembacaan
berita (news broadcast) dan diikuti
“siaran langsung” di tempat kejadian, sehingga sandiwara radio itu terdengar
realistis dan membuat para pendengarnya seolah-olah merasakan bahwa “berita”
tersebut adalah suatu kenyataan dan berpikir bahwa para penduduk planet Mars
memang tengah menginvasi wilayah Amerika. Sadiwara radio ini begitu sangat
populer. Bahkan sempat menciptakan kebingungan dan kepanikan warga yang tak
terkendali, dimana isu tentang pendaratan mahluk asing tiba-tiba saja muncul,
merebak dan mengegerkan warga masyarakat Amerika, terutama di wilayah pesisir
pantai timur yang ternyata banyak yang begitu mudah langsung terpengaruh dan
mempercayainya. Mereka percaya bahwa alien telah mendarat di Grovers Mill, New
Jersey. Akibatnya terjadilah gelombang pengungsian massal dari sejumlah kota
dan wilayah negara bagian Amerika. Pemerintah Amerika sendiri sempat dibuat
resah dan repot dengan kejadian ini. Dari sinilah awal mula histeria massa dan
paradigma UFO sebagai pesawat luar angkasa alien berawal. Meski isu ini
kemudian tenggelam oleh pecahnya Perang Dunia II di daratan Eropa, namun
ingatan orang tentang invasi mahluk-mahluk dari planet Mars masih membekas dan
tersimpan dalam alam bawah sadar mereka, bahkan menular luas ke sebagian besar
masyarakat dunia.
Ingatan akan datangnya mahluk dari luar angkasa kemudian muncul kembali
menjelang Perang Dunia II berakhir di wilayah Eropa. Diawali dari laporan
adanya penampakan bola-bola metalik bercahaya yang disebut Foo Fighters oleh pilot-pilot pesawat tempur Sekutu, lalu disusul
oleh kabar tentang munculnya roket-roket hantu (ghost rockets) di wilayah Skandinavia pada tahun 1946, dan 2
peristiwa yang terjadi pada tahun 1947 di atas (kasus Kenneth Arnold dan
jatuhnya UFO di Roswell). Sejak itu, mulai maraklah kasus-kasus pemunculan UFO
yang tampak di langit di berbagai penjuru wilayah dunia, sehingga tahun 1947
pun kemudian dianggap sebagai tahun gelombang pemunculan UFO yang pertama.
Pada era ini, peran media massa sangat kental dalam membangun opini dan
presepsi publik mengenai Hipotesis Ekstraterestrial. Ketika gelombang
pemunculan piring terbang melanda wilayah Amerika di tahun 1947, koran-koran
pun berlomba-lomba memuat berbagai macam cerita dan spekulasi tentang
asal-muasal benda-benda terbang misterius tersebut, meski seringkali tanpa
didasari oleh bukti-bukti yang kuat. Kolom-kolom dan editorial-editorial surat kabar yang membahas
mengenai fenomena penampakan UFO muncul silih berganti bak jamur tumbuh di
musim hujan. Begitu pula redaksi dan editor surat kabar yang dibanjiri oleh surat-surat
pembaca yang ingin menceritakan pengalaman mereka atau mengemukakan teorinya.
Selama beberapa dekade tahun berikutnya, UFO pun telah berubah menjadi sebuah
mitologi dunia modern yang terus berkembang di era abad ruang angkasa. Isu
seputar fenomena UFO dengan hipotesis ekstraterestrial-nya sedikit banyaknya
juga telah mempengaruhi semangat dan antusiasme publik di negara-negara maju
dalam mendukung perlombaan ruang angkasa yang dilakukan dua negara adi daya, Amerika
Serikat dan Uni Soviet, terutama dalam upaya mendaratkan manusia ke bulan.
Selain itu, isu mengenai UFO juga meningkatkan gairah sifat alami manusia yang memang
cenderung selalu tertarik dan menyukai hal-hal yang bersifat misteri, sehingga
lalu mendorong timbulnya berbagai macam kelompok formal maupun informal tentang
UFO. Publik kemudian menyebut mereka sebagai “UFOlogist”, “Contactees”,
hingga “Sky Watchers”, dimana secara
umum mereka bertujuan untuk menginvestigasi atau mencari jawaban tentang
fenomena UFO. Mereka menghabiskan banyak waktu untuk mengumpulkan data, berburu
UFO, dan mempelajari banyak informasi yang dirasa berhubungan dengan topik ini
lewat berbagai macam metode pendekatan, meskipun kadangkala mereka agak kurang
cerdas dalam memilah-milah informasi.
Ketertarikan orang akan fenomena UFO ditambah kecenderungan sifat alami
manusia yang menyukai hal-hal yang bersifat misteri tersebut tentu saja
dimanfaatkan dengan sangat baik oleh mereka yang berkecimpung di dunia media
yang berbasis industri, dari mulai memakai sosok alien sebagai bintang iklan
suatu produk hingga merambah ke dunia industri hiburan, seperti dunia
perfilman, yang berupaya untuk mengeruk keuntungan sebesar mungkin dibalik isu
fenomena UFO dengan membuat berbagai macam film bergenre sains fiksi, seperti Star Trek, Star Wars, E.T. hingga serial
The X Files. Akibatnya, paradigma bahwa
UFO adalah kendaraan mahluk luar angkasa dari planet lain pun semakin
mengkristal di dalam benak setiap orang tanpa mereka sadari. Kini, dewa-dewa
dalam mitologi Yunani kuno pun muncul kembali dalam bentuk
penjelajah-penjelajah dari luar angkasa.
Psikologi
Massa dalam Menyikapi Fenomena UFO
Dr. J. Allen Hynek, seorang astronom dan juga peneliti paling ternama dalam
masalah UFO, mendefinisikan UFO sebagai; “Laporan
persepsi dari sebuah obyek atau cahaya yang terlihat di langit atau di darat
yang muncul, bergerak, dan memperlihatkan perilaku dinamis dan mengeluarkan
cahaya yang tidak masuk logika,….” Dari definisi ini bisa kita lihat bahwa
UFO tak lebih dari laporan persepsi seseorang yang menyaksikan suatu fenomena
atau benda terbang di langit yang tidak dapat ia jelaskan atau tidak masuk
logikanya karena si pengamat itu tidak memiliki pengetahuan akan obyek
tersebut. Jadi fenomena UFO itu sendiri sangat bergantung pada persepsi dari si
pengamat itu sendiri.
Memang banyak dari saksi mata yang melihat penampakan UFO merupakan
orang-orang berpendidikan yang bisa dipercaya, seperti fisikawan dan astronom,
atau orang-orang yang sangat berkompeten dalam dunia penerbangan, seperti pilot
bahkan astronot. Namun hal tersebut tidak menjamin bahwa apa yang disaksikan
oleh mereka bebas dari persepsi pribadi mereka. Seperti contohnya, Kenneth
Arnold yang sudah disinggung di muka. Ia adalah seorang pilot dengan jam
terbang yang tidak perlu diragukan lagi, mengetahui berbagai macam jenis
pesawat yang ada pada era saat itu, tapi ia sama sekali belum pernah mengetahui
tentang pesawat tempur Nazi jenis Go-229 yang bermesin jet, berkecepatan hingga
1.000 km/jam, dan memiliki bentuk yang sangat tak lazim untuk zamannya,
sehingga ia pun merasa takjub dan terheran-heran saat menyaksikan 9 pesawat
dengan bentuk seperti bumerang (flying
wing) terbang di atas wilayah Pegunungan Reinier. Tidak menutup kemungkinan
bahwa apa yang telah dilihatnya itu adalah pesawat eksperimen Amerika yang
dibuat berdasarkan desain pesawat Go-229 yang berhasil direbut dari tangan
Jerman.
Kenneth Arnold memperlihatkan
sketsa UFO berbentuk bumerang yang dilihatnya (kiri). Bentuk pesawat jet tempur Nazi jenis Go-229 yang
sangat mirip dengan UFO yang disaksikan oleh Kenneth Arnold (kanan).
Saat ini apa yang disebut sebagai bukti-bukti penampakan UFO tidak lebih dari
hanya sekedar berupa cerita atau keterangan dari para saksi mata, juga sejumlah
foto atau video tentang pesawat asing yang memiliki bentuk aneh yang tidak
menutup kemungkinan adalah pesawat-pesawat eksperimen paling canggih milik
pihak-pihak tertentu yang keberadaannya memang masih sangat dirahasiakan.
Keterangan para saksi mata dan dokumentasi pesawat-pesawat UFO itu sama sekali
belumlah cukup untuk membuktikan bahwa ada sekelompok alien atau mahluk luar
angkasa dari planet lain yang datang mengunjungi bumi. Sementara sama sekali tak
ada satu pun foto otentik yang berhasil mengabadikan langsung para pendatang
dari luar angkasa tersebut jika keberadaan mereka memang benar-benar ada. Semua
foto alien yang selama ini kita lihat dan banyak beredar luas, bisa dipastikan
semuanya adalah foto ilustrasi atau palsu, seperti halnya foto pembedahan jasad
alien yang dibuat oleh Ray Santili dan berhasil banyak mengecoh para penggemar
UFO.
Selain itu, memang terdapat banyak foto penampakan UFO dalam paradigma
masyarakat sebagai pesawat luar angkasa alien. Tapi sebagian besar dari foto
tersebut tidak jelas (blur), bahkan tidak
jarang merupakan hasil dari pemalsuan (forgeries).
Salah satu penyebab utama yang membuat banyak orang percaya bahwa UFO adalah
pesawat luar angkasa alien sebagian besar disebabkan oleh pernyataan dari para
saksi mata yang umumnya tidak mampu membedakan antara fakta sains dan sains
fiksi. Mereka yang terpengaruh oleh sains fiksi cenderung didorong oleh
keinginan atau upaya untuk menyakinkan orang lain agar mempercayai cerita atau
kesaksian mereka yang fantastis mengenai sesuatu yang menurut mereka aneh,
unik, dan tidak lazim ditemui, sehingga kemudian cenderung mengabaikan
fakta-fakta logis yang mungkin ada. Psikologis ini terus berubah dan berkembang
menjadi sebuah paradigma atau opini umum yang diyakini oleh masyarakat luas sebagai
suatu kebenaran manakala pihak media massa yang sejak awal memang bertujuan untuk
mencari berita yang sensasional mulai turut menyebarluaskannya dengan
spekulasi-spekulasi yang belum pasti kebenarannya.
Keyakinan orang akan alien dan UFO sesungguhnya sangat berkaitan dengan
keyakinan orang akan hal-hal supranatural, seperti yang dikatakan oleh Paul
Kurtz; “UFOlogi
adalah sebuah mitologi baru di abad ruang angkasa. Keyakinan ini adalah produk
sebuah imajinasi kreatif. Ekspresi dari ‘rasa lapar’ kita akan suatu misteri…
dan harapan akan suatu jati diri. Para dewa di
Gunung Olympus kini telah berubah menjadi para penjelajah antariksa yang akan
membawa kita dari alam mimpi ke alam lain.”
Lalu bagaimanakah dengan para saksi mata yang mengaku pernah melihat
langsung penampakan alien, bahkan sebagian dari mereka ada yang mengaku pernah
diculik dan mengalami sejumlah pemeriksaan medis? Padahal sebagian dari mereka
adalah para saksi mata yang jujur dan tidak memiliki tujuan ataupun kepentingan
tertentu dengan ceritanya. Mereka yang pernah melihat sosok penampakan alien
itu mungkin saja tidak berbohong, dan apa yang mereka lihat atau katakan itu
benar, tapi hal tersebut tidak bisa menjamin bahwa apa yang mereka lihat itu
memang benar-benar alien dari planet lain ataukah hanya sekelompok orang yang
menyamar sebagai alien. Pesawat eksperimen milik militer Amerika dan juga tata
rias industri perfilman Hollywood sepertinya perlu dipertimbangkan dan bisa
jadi banyak berperan dalam hal ini.
Sementara dalam sejumlah kasus penculikan oleh UFO, banyak dari mereka yang
mengaku pernah diculik mahluk UFO dan menjalani sejumlah pemeriksaan medis,
bahkan ada yang mengaku menjadi obyek eksperimen alien dimana tubuhnya menjadi
media inseminasi atau transplantasi, ternyata sebagian besar adalah para saksi
yang diragukan kredibilitas kesaksiannya. Kesaksian mereka umumnya hanya
didasari atas testimoni yang diperoleh lewat cara hypnosis di luar kesadaran
mereka, dimana cara ini memang bisa mengungkapkan ingatan-ingatan mereka
sebelumnya, tetapi informasi yang keluar tidak bisa dibedakan antara mana
ingatan yang diperoleh dari peristiwa nyata atau dari tidak nyata (misalnya
dari menonton film horor yang terbawa sampai mimpi atau terekam hingga ke alam
bawah sadar mereka). Dengan begitu, keterangan mereka di bawah pengaruh
hypnosis tersebut dengan sendirinya menjadi bias dan tidak dapat dipercaya
sepenuhnya sebagai fakta.
Sebagai contoh adalah kasus penculikan Barney dan Betty Hills yang terjadi
pada tahun 1961, kesaksian Betty Hills di bawah pengaruh hypnosis ternyata
sangat mirip sekali dengan cerita dalam film Invaders from Mars tahun 1953, yang bagitu sangat populer pada
waktu peluncurannya, dan baru diputar di TV pada akhir tahun 1961. Perlu
dicatat pula bahwa sebelum menjalani hypnosis, peristiwa penculikan yang
dialami oleh Betty Hills terbawa dalam mimpi buruknya setelah ia membaca
buku-buku tentang UFO. Besar kemungkinan bahwa mimpi-mimpi itu menyatukan tema
dan imajinasi dari berbagai sumber yang tidak saling berhubungan menjadi
serangkaian kisah penculikan oleh mahluk UFO. Apalagi ada rentang waktu yang
sangat panjang antara peristiwa penculikan yang dialami dengan saat mereka
mulai menjalani hypnosis, yaitu sekitar 2 tahun, dimana rentang waktu tersebut
banyak diisi oleh mereka berdua dengan informasi-informasi mengenai UFO dari
buku dan film. Sementara waktu yang hilang yang dialami oleh keduanya di
perjalanan, sebenarnya bisa saja disebabkan karena Barney kelelahan di
perjalanan, lalu memutuskan untuk menghentikan kendaraannya di pinggir jalan dan
tidur sejenak untuk menghilangkan rasa kantuk, mengingat perjalanan yang mereka
lakukan cukup jauh dan dilakukan pada malam atau dini hari.
Barney dan Betty Hills
memperlihatkan koran yang memuat berita mengenai peristiwa penculikan oleh
alien yang mereka alami.
Para UFOlog (peneliti tentang UFO) dalam investigasinya sendiri terlalu
fokus pada bukti-bukti yang selama ini hanya terdiri dari keterangan atau
testimoni para saksi mata yang mengklaim telah menyaksikan penampakan alien atau
pesawat piring terbang. Padahal keterangan semacam itu, meskipun cukup
berharga, namun tidak cukup banyak membantu karena tipe kualitas keterangan
yang diberikan sangat bergantung pada tingkat intelektual para saksi mata itu
sendiri, yang mana terkadang keterangan tersebut cenderung bersifat bias, tidak
otentik, tidak disertai dengan bukti fisik, seringkali ditambah-tambah, saling
kontradiktif satu sama lain, terdengar tidak logis, membingungkan dsb. Belum
lagi dengan keterangan-keterangan dari para saksi mata yang memang cenderung
memiliki tujuan atau kepentingan tertentu, misalnya demi popularitas, seperti
halnya George Adamski dengan kisah piring terbang dan mahluk rupawan dari
planet Venus-nya yang terdengar sangat absurd dan tidak layak untuk
diinvestigasi, juga foto piring terbang mengitari pohon dan wanita cantik dari
planet Pleiades yang dibuat Billy Meier yang kemudian terbukti sebagai hoax.
Selain itu, para UFOlog juga cenderung untuk mengabaikan fakta-fakta atau
penjelasan logis dari para skeptis masalah UFO. Mereka lebih cenderung berupaya
untuk mencari-cari bukti atas apa yang ingin mereka percayai, yaitu adanya para
pendatang dari luar angkasa, dan bukannya mencari apa yang sebenarnya ada di
balik fenomena ini. Akibatnya, mereka pun cenderung mengesampingkan semua fakta
dan penjelasan yang tidak memiliki hubungannya dengan teori alien, karena hal
tersebut dianggap tidak cukup memuaskan paradigma atau asumsi mengenai
mahluk-mahluk dari luar angkasa yang selama ini telah mempesona imajinasi
mereka.
Namun di lain pihak, apabila kita mau bersikap adil dalam menilai masalah
fenomena penampakan UFO, mempercayai sepenuhnya anggapan para skeptis yang menyatakan
bahwa UFO itu tidak ada, karena hampir 90% lebih penampakan UFO dapat
dijelaskan sebagai hoax, halusinasi, fenomena astronomis, pesawat eksperimen,
satelit, balon cuaca, atau fenomena alam lainnya, juga merupakan suatu sikap
yang kurang bijaksana. Kita tidak bisa menggampangkan begitu saja dengan
memukul rata seluruh penampakan UFO adalah akibat dari sebab-sebab tersebut di
atas. Karena ada banyak hal yang melatarbelakangi fenomena penampakan UFO
dewasa ini, salah satunya adalah teori konspirasi negara-negara adidaya untuk
menutup-nutupi pencapaian teknologi anti-gravity
dan free-energy yang telah berhasil
mereka kembangkan. Kedua teknologi tingkat tinggi yang menjadi dasar dari
teknologi UFO ini bukan berasal dari alien sebagaimana umumnya teori konspirasi
yang dipercaya oleh para UFOlog, tetapi berasal dari pihak Nazi usai Perang
Dunia II atau bisa juga dari hasil penemuan ilmuwan jenius seperti Nikola
Tesla.
Indikasi bahwa pihak militer
Amerika berada di balik fenomena penampakan UFO untuk menutup-nutupi keberadaan
pesawat eksperimental buatan mereka yang menggunakan teknologi non-konvensional
(anti-gravitrasi) terlihat dari kasus insiden UFO yang dialami oleh Betty Cash,
Vickie dan Colby Landrum, pada suatu malam tanggal 29 Desember 1980. Ketika
itu, ketiganya tengah mengendarai mobil untuk pulang ke rumah mereka di Dayton , Texas ,
melalui sebuah jalan yang cukup sepi dan terisolasi. Saat melintasi jalan
tersebut, mereka menyaksikan di depan mobil mereka sebuah benda bercahaya
terang melayang di atas puncak pepohonan. Saat mendekat, ketiganya menyaksikan
sebuah obyek berbentuk berlian (diamond)
berukuran raksasa tengah mengambang di udara. Bagian dasar obyek tersebut
mengeluarkan lidah api dan menyemburkan hawa panas yang terasa hingga ke dalam
mobil.
Tetapi menariknya, ketika UFO itu
perlahan-lahan mulai naik, terlihatlah satu skuadron yang terdiri dari 23
helikopter transport jenis CH-47 Chinook, mengelilingi obyek aneh tersebut
dalam formasi yang ketat, dan kemudian pergi menjauh. Laporan pemunculan
helikopter ini turut dikuatkan pula oleh kesaksian seorang polisi bernama Lamar
Walker bersama istrinya yang menyaksikan 12 helikopter Chinook terbang di dekat
lokasi kejadian pada malam itu. Sepertinya helikopter-helikopter itu memang
sengaja dikirim untuk mengawal UFO yang tampaknya sedang mengalami masalah.
Insiden ini dengan jelas menunjukkan bahwa ternyata memang ada keterkaitan
antara UFO berbentuk berlian tersebut dengan militer Amerika, sehingga jauh
lebih masuk akal bila UFO tersebut adalah merupakan pesawat eksperimen milik
militer Amerika, daripada pesawat alien yang berasal dari luar angkasa.
Dari kasus ini dapat kita ketahui bahwa fenomena penampakan UFO selama ini sebenarnya
adalah hasil rekayasa manusia sendiri. Pesawat-pesawat dengan bentuknya yang
aneh-aneh dan kemampuan terbangnya yang fantastis itu juga sebenarnya adalah
hasil buatan manusia dan dikendarai oleh manusia sendiri. Itulah sebabnya
kenapa pada banyak kasus pemunculan UFO seringkali terlihat muncul di dekat
pangkalan udara atau instalasi militer, terutama milik Amerika. UFO-UFO itu
sebenarnya bukan tengah mengintai kekuatan militer manusia bumi, seperti
anggapan para UFOlog selama ini, melainkan adalah karena memang UFO itu buatan
manusia (baca: Amerika). Selama ini kita merasa kurang yakin akan hal itu
karena memang telah dibutakan oleh propaganda media massa yang begitu gencar mengkampanyekan
tentang hipotesis ekstraterestrial.
Selain itu, ada satu hal yang membuat keotentikan dari kesaksian penampakan
UFO atau alien itu patut diragukan, yaitu fakta bahwa ada begitu banyak ragam
dan bentuk rupa alien yang dilaporkan telah disaksikan atau melakukan kontak
dengan para saksi mata di seluruh dunia sejak hebohnya penampakan UFO di era
tahun 1950-an. Tidakkah ini suatu hal yang aneh? Ada begitu banyak jenis
alien yang tentunya masing-masing dari mereka berasal dari planet yang berbeda-beda,
tetapi muncul di bumi pada saat yang hampir bersamaan?
Anehnya lagi, alien-alien tersebut pada awal era pemunculan UFO seringkali
dilukiskan sebagai mahluk-mahluk kerdil setinggi hanya 1 – 1,2 meter dengan
kepala besar. Namun entah mengapa, gambaran alien berangsur-angsur mulai berubah
di era sekarang ini menjadi tipe alien berbadan kurus bermata hitam besar tanpa
bola mata, seperti yang dilukiskan dalam film The X Files yang disebut sebagai alien tipe greys. Ini adalah tipe sosok alien atau mahluk luar angkasa yang
kini umum beredar dalam paradigma atau gambaran masyarakat dunia saat ini. Lalu
ke manakah alien tipe lainnya yang dulu pernah banyak bermunculan di era tahun
1950-an dan 60-an? Padahal menurut sejumlah laporan penampakan alien pada era itu,
pernah disaksikan adanya alien yang berbulu seperti kera, bermata satu,
bertubuh raksasa, dan berbaju astronot lengkap dengan helm kaca, bahkan ada
yang mirip orang-orang Skandinavia yang tampan dan cantik (alien dari tipe Nordic). Mengapa kini mereka tidak
pernah muncul kembali? Pihak media massa dan juga industri perfilman Hollywood,
penulis pikir turut berperan besar dalam transformasi paradigma bentuk alien
ini. (***)
No comments:
Post a Comment