Saturday, March 22, 2014

Vimana dan Mesin Terbang Nabi Sulaiman



Oleh : Ari Subiakto


Jika kita berbicara dengan kaca mata teknologi penerbangan yang ada saat ini memang sangatlah mustahil untuk bisa menciptakan pesawat semacam UFO dengan menggunakan teknologi zaman sekarang. Itulah sebabnya mengapa sebagian orang menolak hipotesis jika pesawat UFO itu sebenarnya adalah pesawat eksperimen rahasia Amerika. Hal ini sangatlah wajar, mengingat teknologi pesawat bermesin jet atau roket tidak akan mampu untuk menyamai pesawat UFO dalam hal kecepatan dan karakteristik manuvernya. Namun akan lain ceritanya, jika teknologi penerbangan yang dimaksud adalah teknologi propulsi anti-gravitasi, maka teknologi pesawat UFO dengan segala karakteristiknya yang fantastis itu bukanlah suatu hal yang mengherankan. Teknologi tersebut bahkan ternyata telah ditemukan ribuan tahun yang lalu oleh peradaban kuno umat manusia di bumi ini sendiri, dan bukan berasal dari alien, karena Nabi Sulaiman a.s. sendiri telah memiliki dan menggunakan teknologi mesin terbang anti-gravitasi ini.

Lalu dari manakah kita dapat mengetahui bahwa Nabi Sulaiman a.s. telah memiliki dan menggunakan teknologi mesin terbang anti-gravitasi ini? Jawabannya tentu saja ada dalam Al-Qur’an. Mari kita simak surat Saba’ ayat 12 berikut ini:

“Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya.” (QS. Saba’ (34): 12)

            Para ulama dan ahli tafsir sepakat bahwa ayat tersebut di atas menyebutkan atau mengisyaratkan tentang kendaraan terbang Nabi Sulaiman a.s. atau kemampuan Nabi Sulaiman untuk mengudara atau mengangkasa dengan bantuan angin, sehingga beliau dapat bergerak dengan kecepatan tinggi atau menempuh perjalanan yang jauh dalam waktu yang relatif singkat. Petunjuk serupa juga dapat ditemui dalam surat Al Anbiyaa’ ayat 81 dan Shaad ayat 36 berikut ini:

“Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Anbiyaa’ (21): 81)

“Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya.” (QS. Shaad (38): 36)

            Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa kendaraan atau yang membawa Nabi Sulaiman terbang adalah sebuah permadani, dimana dengan bantuan angin yang berhembus di bawahnya dapat mengangkat dan membawa permadani Nabi Sulaiman tersebut terbang ke udara dan pergi menuju ke mana pun yang dikehendakinya. Angin itu membawa permadani Nabi Sulaiman terbang dengan kecepatan perjalanannya di waktu pagi sebanding dengan perjalanan darat sebulan, dan begitu pula perjalanannya di waktu sore juga sebanding dengan perjalanan darat selama satu bulan. Disebutkan pula dalam perjalanan tersebut, kawanan burung-burung menaungi dan menjaga Nabi Sulaiman dari panas terik matahari sambil tetap terus mengiringi ke mana pun beliau pergi.

            Terus terang saja, penafsiran bahwa kendaraan Nabi Sulaiman adalah sebuah permadani yang dapat terbang karena hembusan angin adalah tafsir yang sebenarnya memang dikehendaki oleh kaum Yahudi untuk diyakini oleh umat Islam. Tujuannya adalah agar umat Islam tidak mengetahui rahasia yang sebenarnya tentang teknologi kendaraan terbang Nabi Sulaiman ini. Sehingga setiap kali umat Islam membaca ayat tersebut di atas yang dibayangkannya adalah sosok Nabi Sulaiman yang tidak jauh berbeda dengan Aladin yang mengendarai permadani terbang. Itulah yang memang diinginkan oleh orang-orang Yahudi, yaitu paradigma berpikir kita saat membaca Al-Qur’an diupayakan sama seperti paradigma berpikir kita saat membaca buku-buku cerita dongeng, sehingga kita tidak memperoleh ilmu apa-apa saat membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Sementara orang-orang Yahudi sendiri, yang diam-diam begitu menyakini kebenaran Al-Qur’an, membaca kitab suci umat Islam tersebut dengan paradigma atau sudut pandang yang amat jauh berbeda. Mereka membacanya dari sudut pandang sains dan teknologi, sehingga mereka memperoleh banyak manfaat dan rahasia ilmu pengetahuan tingkat tinggi yang tersimpan dalam Al-Qur’an.

Sementara umat Islam terjebak dalam perangkap yang secara tidak langsung telah menyamakan sosok Nabi Sulaiman dengan Aladin. Kita mungkin tidak sadar bahwa film kartun Aladin yang dibuat oleh Disney telah meracuni pemikiran kita dan anak-anak kita. Sosok tokoh Aladin dalam film kartun Disney itu sebenarnya adalah bentuk olok-olok kaum Yahudi terhadap sosok Nabi Sulaiman yang diyakini dalam sudut pandang/paradigma berpikir umat Islam. Perhatikanlah tokoh-tokoh dalam film kartun Aladin buatan Disney tersebut, ada permadani terbang, ada jin, ada burung beo yang bisa berbicara (burung hud-hud?), juga monyet yang memakai rompi dan peci yang mungkin merupakan representasi orang Islam menurut sudut pandang mereka. Ini semuanya adalah dongeng Yahudi yang sengaja dihembuskan untuk menyesatkan paradigma berpikir umat Islam, karena yang sebenarnya tidaklah demikian.

Teknologi pesawat atau kendaraan terbang sebenarnya sudah dikenal oleh peradaban umat manusia di masa lampau. Namun fakta ini selalu ditutup-tutupi dan diabaikan oleh para ilmuwan dan sejarawan. Ayat-ayat Al-Qur’an yang menyebutkan tentang kendaraan terbang Nabi Sulaiman tersebut di atas adalah salah satu bukti yang mengisyaratkan akan fakta ini. Selain isyarat petunjuk dari Al-Qur’an, terdapat pula sejumlah referensi mengenai teknologi kendaraan terbang yang telah ditemukan oleh peradaban umat manusia di masa lampau. Salah satunya ialah kendaraan terbang bangsa India kuno yang dikenal dengan nama Vimana.

Referensi mengenai kendaraan terbang bernama Vimana ini memang banyak dan umum dijumpai dalam teks-teks India kuno. Umumnya, Vimana dikenal sebagai mesin terbang kendaraan para dewa yang banyak terdapat dalam mitologi-mitologi India kuno, seperti dalam cerita Mahabharata, Ramayana, atau Mahavira. Tak hanya dideskripsikan sebagai sebuah kendaraan atau sarana transportasi udara, Vimana juga sering disebut-sebut digunakan oleh para “dewa” sebagai senjata dalam peperangan. Dalam buku “Ancient Vimana Aircraft” yang ditulis oleh John Burrows berdasarkan sejumlah teks kuno berbahasa Sansekerta, disebutkan bahwa banyak teks kuno dari India yang dipenuhi dengan referensi kisah mengenai para dewa yang berperang di udara dengan menggunakan Vimana yang bahkan telah diperlengkapi dengan senjata-senjata rahasia mematikan yang terdengar sangat modern.

Dalam kisah Mahabharata, sebuah sajak India kuno yang luar biasa sangat panjang, disebutkan tentang konflik yang terjadi di antara para dewa yang kemudian memutuskan untuk menyelesaikan perselisihan tersebut lewat jalan peperangan dan menggunakan sejumlah senjata mematikan. Sajak-sajak India kuno tersebut mencatat adanya sejumlah penggunaan senjata yang amat mematikan, seperti contohnya kisah tentang seorang tokoh bernama Krishna yang memburu musuhnya, Salva, dengan mengendarai Vimana. Saat tengah kejar-kejaran di udara, Vimana yang dikendarai Salva, yaitu Saubha, tiba-tiba menghilang dari pandangan (invisible), Krishna pun kemudian segera menembakkan sejenis senjata khusus, berupa sebuah “panah” yang mampu mencari sasarannya sendiri dengan cara mendeteksi suara.

Tapi tidak seperti yang sering dideskripsikan, dimana kisah Mahabharata dan Ramayana melukiskan kendaraan Vimana lebih sebagai kereta perang terbang (flying chariots) yang dikendarai oleh para dewa di medan pertempuran, sedikitnya terdapat 2 naskah kuno India berbahasa Sansekerta yang mendeskripsikan kendaraan terbang Vimana ini secara lebih detil dan teknis sebagai sebuah mesin terbang hasil rekayasa atau rancang bangun kemajuan teknologi bangsa India kuno yang menjelaskan mulai dari bentuk konstruksinya, kemampuan terbang atau karakteristik manuvernya, cara pengoperasian atau petunjuk menerbangkannya, komponen-komponen apa saja yang dibutuhkan untuk membuatnya, hingga rahasia mengenai cara kerja mesin dan tenaga penggeraknya. Kedua naskah kuno itu ialah kitab “Samarangana Sutradhara” yang ditulis oleh Raja Bhoja (1000 – 1055 M) dan kitab “Vaimanika Shastra” yang ditulis oleh Mahareshi Bharadwaaja pada abad ke-4 SM.

Raja Bhoja adalah seorang raja dari India sekaligus seorang filsuf yang cerdas di abad pertengahan. Ia menulis sebuah karya ensiklopedi mengenai teknologi yang berhasil dicapai oleh bangsa India kuno yang diberi judul Samarangana Sutradhara atau yang artinya “Sang Pengatur Medan Pertempuran”. Dalam karyanya tersebut, Raja Bhoja menyebutkan berbagai macam mesin atau yang dalam bahasa Sansekerta-nya disebut dengan “yantra”. Di dalam salah satu babnya, sang raja mendiskusikan tentang Vimana, dimana di antaranya dikatakan: “Kuat dan tahan lama adalah syarat untuk membuat badan Vimana, seperti sebuah burung raksasa yang terbuat dari bahan yang ringan.... Dengan sebuah ketel pemanas besi di bawahnya... seseorang yang duduk di dalamnya memungkinkan menempuh perjalanan yang sangat jauh ke langit. Vimana tersebut mampu bergerak naik secara vertikal, turun secara vertikal, dan bergerak miring ke depan dan ke belakang. Dengan bantuan mesin ini, umat manusia dapat terbang ke udara dan penghuni langit dapat turun ke bumi.”

Sementara kitab Vaimanika Shastra atau “Science of Aeronautics” adalah teks kuno yang berumur jauh lebih tua dari Samarangana Sutradhara. Dalam membahas tentang pesawat Vimana, kitab ini pun jauh lebih teliti dan sangat cermat sekali dalam mendeskripsikan secara detil sebuah kendaraan Vimana dari setiap aspek teknisnya. Manuskrip kuno yang ditulis oleh Mahareshi Bharadwaja pada abad ke-4 SM ini ditemukan pada tahun 1875 di sebuah kuil tua di India, dan diduga bersumber dari naskah-naskah kuno (kitab Veda) yang berumur jauh lebih tua lagi. Manuskrip ini terdiri dari 8 bab dengan judul antara lain seperti; “Rahasia membuat pesawat yang tidak akan remuk, tidak dapat terbelah, tidak akan terbakar dan tidak dapat dihancurkan” (Bab 1), “Rahasia membuat pesawat menghilang” (Bab 3), dan “Rahasia menghancurkan pesawat musuh.” (Bab 8).

Kitab Vaimanika Shastra ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan dengan judul “Vymaanidashaastra Aeronautics” oleh Mr. G.R. Josyer pada tahun 1979. Mr. G.R. Josyer adalah direktur Akademi Internasional Investigasi Sansekerta yang berada di kota Mysore, India. Vaimanika Shastra saat ini menjadi rujukan bagi sejumlah buku dan artikel yang membicarakan tentang mesin-mesin terbang bangsa India kuno. Salah seorang peneliti UFO asal India, Kaniskh Nathan, menulis bahwa Vaimanika-sastra adalah sebuah teks kuno berbahasa Sansekerta yang “mendeskripsikan sebuah teknologi yang jauh di luar jangkauan ilmu pengetahuan sekarang, tapi mungkin secara konseptual bagi ilmu pengetahuan bangsa India kuno, termasuk konsep tentang energi matahari dan juga fotografi.” Kitab ini berisi banyak ide menarik mengenai teknologi penerbangan bangsa India kuno di masa lampau. Padahal kitab ini ditemukan ditulis di atas daun lontar sekitar lebih dari 20 abad yang lampau.

Secara umum kitab Vaimanika Shastra berisi 32 “rahasia” yang berhubungan dengan segala sesuatu mengenai Vimana. Dari mulai petunjuk pembuatan, bagaimana cara pengoperasian, kelengkapan dan kemampuan Vimana, bahkan hingga makanan dan pakaian yang tepat bagi para pilot Vimana. Dalam pembuatannya disebutkan ada 31 komponen utama dari pesawat Vimana yang dibutuhkan dan menjadi syarat utama untuk membuatnya. Disebutkan pula bahwa unsur metal yang utama digunakan untuk mengkonstruksi Vimana ada 3 macam, yaitu somala, soundaalika, dan mourthwika. Apabila ketiganya digabungkan dengan proporsi yang tepat, maka akan menghasilkan 16 macam metal yang dapat mengabsorpsi atau menyerap panas dan cahaya, dengan nama-nama seperti ushnambhara, ushnapaa, raajaamlatrit, dsb., yang tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris karena campuran logam ini tidak diketahui unsur dan komposisinya.

Tetapi selain deskripsi mengenai pembuatan dan pengoperasian Vimana, yang menjadi benang merah yang menghubungkan antara fakta tentang kendaraan terbang Nabi Sulaiman dalam Al-Qur’an dengan Vimana, adalah deskripsi mengenai “bahan bakar” yang digunakan untuk menggerakkan mesin terbang ini. Dalam Samarangana Sutradhara ataupun Vaimanika Shastra, disebutkan bahwa mesin propulsi Vimana ini menggunakan “Raksa” yang dipanaskan dengan tenaga matahari. “Raksa” atau air raksa ialah nama lain dari logam cair mercury. Fakta ini ternyata sangat cocok dengan apa yang disebutkan Al-Qur’an dalam surat Saba’ ayat 12 tentang kendaraan terbang Nabi Sulaiman, “...dan Kami alirkan cairan tembaga (Qithr) baginya.” Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir, lafazh “Qithr” memang diartikan sebagai “tembaga yang meleleh”, tetapi sebenarnya bisa pula diartikan sebagai “logam cair”, dimana unsur logam di alam yang selalu dalam keadaan cair pada suhu kamar adalah Mercury yang memiliki nama latin hydrargyrum (Hg) alias “liquid silver” atau “perak cair”.

Para penafsir Al-Qur’an pada umumnya mengaitkan tafsir tentang “Qithr” di dalam surat Saba’ ayat 12 ini dengan kemampuan Nabi Sulaiman dalam menambang dan mengolah logam tembaga. Padahal sesungguhnya fakta tentang “Qithr” ini masih sangat berkaitan erat dengan kendaraan terbang Nabi Sulaiman. Bahkan merupakan kunci rahasia dari mesin anti-gravitasi itu sendiri. Karena ada sebuah fakta menarik mengenai eksperimen anti-gravitasi bernama “Nazi-Bell” yang dilakukan oleh pihak Nazi semasa perang. Eksperimen ini menggunakan zat bernama “Xerum 525”, yang ternyata adalah unsur yang dikenal pula sebagai Mercury Merah dan memiliki warna seperti tembaga. Informasi lebih lanjut mengenai eksperimen anti-gravitasi Nazi-Bell yang menggunakan logam cair mercury bernama Xerum 525 ini dapat ditemui dalam buku “The Hunt for Zero Point” (2001) yang ditulis oleh Nick Cook.

Salah satu alasan dipilihnya unsur mercury ini adalah karena saat didinginkan pada suhu yang cukup rendah, unsur ini akan menjadi superconductivity (kemampuan menghantarkan listrik dengan hambatan nol) yang amat berhubungan dengan konsep elektro-magnetik-gravitasi dalam persamaan Teori Penyatuan Medan (Unified Field Theory). Dari fakta ini dapat kita tangkap sebuah petunjuk bahwa kendaraan terbang Nabi Sulaiman dan Vimana ternyata adalah kendaraan yang memiliki prinsip kerja yang sama karena sama-sama memakai logam cair Mercury sebagai tenaga propulsi bagi mesin anti-gravitasinya.

Dalam buku “Chariots of the Gods”, Erich von Daniken sendiri mengatakan, “... Vimana dikendalikan dan digerakkan dengan bantuan air raksa (quicksilver) dan propulsi aliran angin yang sangat kuat.” Sementara dalam serial buku “Lost Science Series” karya David Hatcher Childress, dikatakan bahwa Vimana itu terbang dengan “kecepatan secepat angin”, dan ketika terbang mengeluarkan bunyi seperti “siulan angin”. Deskripsi ini tentu saja memiliki kesesuaian dengan apa yang disebutkan Al-Qur’an dalam surat Saba’: 12, Shaad: 36, dan Al-Anbiyaa: 81.

Desain dasar untuk membuat mesin anti-gravitasi Vimana juga diceritakan lebih lanjut secara lebih detil dalam kitab Samarangana Sutradhara. Teks kuno ini menyatakan bahwa unsur Mercury atau raksa adalah merupakan komponen paling penting dalam mesin anti-gravitasi. Seorang insiyur yang telah menghabiskan banyak waktunya untuk melakukan riset tentang mesin anti-gravitasi bangsa India kuno ini adalah Bill Cladenon. Dengan pengetahuannya yang luas sebagai seorang insiyur di bidang aeronautika dan elektronika, Cladenon menuliskan sebuah deskripsi detil dari desain mesin vortex mercury Vimana berdasarkan keterangan dari terjemahan kitab Samarangana Sutradhara.

Kitab Samarangana Sutradhara sendiri menyebutkan bahwa; “Dalam bingkai udara berbentuk sirkular, ditempatkan mesin raksa dengan ketel pemanas bertenaga matahari yang berada di tengah-tengah badan pesawat. Dengan membangkitkan tenaga yang terpendam dalam pemanas raksa yang telah diatur untuk mengendalikan gerakan aliran atau pusaran angin, maka seseorang yang berada di dalamnya dapat bergerak menempuh perjalanan yang sangat jauh dalam waktu yang sangat singkat. Empat buah tabung raksa yang kuat harus dibuat di bagian dalam struktur pesawat. Ketika tabung berisi raksa ini dipanaskan dengan api yang berasal dari panas matahari atau sumber energi lainnya, maka pesawat Vimana ini akan menghasilkan kekuatan petir di seluruh tabung raksa yang ada.”

Cladenon kemudian memperjelas deskripsi di atas dengan mengatakan bahwa mesin mercury anti-gravitasi yang menggerakkan Vimana tersebut terdiri dari sebuah bingkai atau cangkang saluran udara berbentuk sirkular seperti piring terbang yang merupakan komponen utama dari sebuah mesin anti-gravitasi. Bingkai itu merupakan sebuah “kumparan” tenaga medan elektromagnetik yang sangat kuat, yang mengalir dengan deras atau berdenyut (pulsating) menghasilkan semacam arus.

Kumparan medan elektromagnet itu dibuat dari satu unit kondensor pemanas sirkuit tertutup (closed circuit heat exchange/condensor unit) yang berisi mercury. Kuparan diposisikan secara vertikal di tengah badan pesawat. Kemudian dimasukkan ke dalam sebuah cincin konduktor yang merupakan sebuah silinder metal berukuran besar dengan 3 buah gyroscope yang dipasang sejajar. Ketika kumparan medan (field coil) dihidupkan, maka cincin konduktor tersebut secara otomatis akan terlempar ke udara, mengangkat badan pesawat ke udara. Prinsipnya ialah medan elektromagnetik digunakan untuk menghasilkan sebuah efek anti-gravitasi. Dengan mempergunakan sistem komputer untuk mengendalikan arus listrik, maka pesawat itu bisa mengudara atau mengambang diam di udara dengan mudah, juga bisa bergerak naik-turun secara vertikal dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Propulsi lebih lanjut berasal dari semacam sistem propulsi pompa udara (air-breathing turbo-pump propulsion system) yang memanfaatkan hembusan, aliran, atau pusaran angin yang sangat kuat untuk mengarahkan arah terbang pesawat. Adanya efek anti-gravitasi menyebabkan pesawat berada dalam keadaan tanpa bobot, maka pesawat ini pun dapat terbang dengan kecepatan yang sangat fantastis meski memiliki ukuran yang besar dan memiliki bentuk yang tidak aerodinamis.

Ilustrasi salah satu bentuk kendaraan terbang Vimana berdasarkan manuskrip berbahasa Sansekerta milik bangsa India kuno.

Menariknya, ada teks kuno lain berbahasa Sansekerta tentang astronomi yang berjudul “Surya-siddhanta” yang menyebutkan pula tentang sebuah mesin mercury yang digunakan untuk menggerakkan gerak rotasi sebuah gola-yantra atau semacam model mekanis sistem peredaran planet-planet (planetary) – mungkin semacam mesin “Antikythera”. Fakta ini menunjukkan bahwa sedikitnya ada satu contoh mengenai penggunaan mesin mercury yang dipakai untuk menghasilkan tenaga rotasi. Naskah kuno itu juga menyebutkan bahwa desain mesin mercury tersebut tetap dirahasiakan. Ini adalah suatu hal yang wajar di zaman dahulu, dimana pengetahuan teknis biasanya hanya diturunkan oleh seorang guru pada muridnya yang paling dipercaya, sehingga konsekuensinya pengetahuan tersebut lambat-laun akan menghilang manakala tradisi pengetahuan yang diwariskan dari mulut ke mulut itu kemudian terputus. Maka tidak menutup kemungkinan banyak ilmu pengetahuan dan penemuan yang telah berhasil dicapai di masa silam hilang begitu saja tanpa jejak karena tradisi ini.

Selain itu, banyak perpustakaan kuno, seperti perpustakaan di Alexandria dan sejumlah perpustakaan di Cina yang telah dihancurkan oleh bangsa barbar beberapa abad yang lalu. Banyak dari warisan ilmu pengetahuan di masa silam yang tercatat dan tersimpan dalam perpustakaan-perpustakaan tersebut musnah dan hilang begitu saja. Namun untungnya tidak semua naskah atau teks-teks kuno warisan masa lampau yang berharga itu lenyap. Sebagian lagi masih ada yang tersisa, seperti halnya kitab Samarangana Sutradhara dan Vaimanika Shastra, yang tersimpan dalam ruangan-ruangan gelap dan berdebu milik kuil-kuil dan biara-biara kuno yang ada di sejumlah tempat terpencil di wilayah India dan Tibet.

Konon keberhasilan pihak Nazi Jerman dalam mengembangkan dan membuat sejumlah pesawat piring terbang menjelang Perang Dunia II berakhir adalah karena ketertarikan mereka terhadap rahasia teknologi tinggi yang tersimpan dalam teks-teks atau manuskrip-manuskrip kuno tersebut. Hitler bersama para pengikutnya yang telah lama tertarik dengan wilayah India dan Tibet kemungkinan besar telah menemukan kembali bukti-bukti tentang kemajuan teknologi yang pernah dicapai bangsa India kuno. Dari teks-teks kuno berbahasa Sansekerta yang mereka dapatkan dari wilayah India dan Tibet inilah, pihak Nazi kemudian bisa memperoleh banyak informasi ilmu pengetahuan rahasia dan teknologi tingkat tinggi yang telah lama hilang itu.

Tidak hanya pihak Nazi yang mempelajari teks-teks India kuno berbahasa Sansekerta yang mereka temukan di wilayah Tibet, beberapa tahun yang lalu, pihak pemerintah Cina mengaku telah menemukan sejumlah teks manuskrip tua berbahasa Sansekerta di kota Lhasa, Tibet. Karena tidak mengerti isinya, mereka mengirimkan manuskrip-manuskrip itu ke Universitas Chandrigarh di India untuk diterjemahkan. Dr. Ruth Reyna, seorang ahli bahasa Sansekerta dari universitas tersebut kemudian mengatakan bahwa manuskrip-manuskrip tua tersebut berisi petunjuk untuk membuat semacam pesawat luar angkasa (interstellar spaceships)!

Dr. Reyna mengatakan bahwa pesawat antariksa kuno ini disebut “Astra” oleh manuskrip tua tersebut. Metode propulsinya menggunakan mesin anti-gravitasi, yaitu “sebuah kekuatan sentrifugal yang cukup kuat untuk dapat menolak gaya gravitasi”. Dengan kendaraan bernama Astra ini, dikatakan pula bahwa bangsa India kuno dapat mengirim sejumlah orang pergi ke planet lain. Manuskrip kuno ini juga mengatakan tentang sejumlah rahasia yang dimiliki oleh kapal angkasa tersebut, salah satunya adalah kemampuan yang disebut “antima”, yaitu kemampuan untuk manghilang atau tidak terlihat (invisibility), dan “garima” atau kemampuan bagaimana menjadi sangat berat hingga seberat sebuah gunung. Kemampuan ini mungkin berhubungan dengan kecepatan cahaya, karena dalam Teori Relativitas dikatakan bahwa semakin suatu benda bergerak mendekati kecepatan cahaya, maka beratnya pun akan jadi semakin tak terhingga.

Para ilmuwan India sendiri tidak begitu serius menanggapi isi teks kuno ini, karena bagi mereka, kisah tentang kendaraan terbang semacam ini memang umum dikisahkan dalam mitologi-mitologi kuno atau dongeng-dongeng bangsa India, dan mereka menganggap semua itu hanyalah bagian dari imajinasi atau khayalan nenek moyang mereka. Tetapi tidak bagi pemerintah Cina, mereka segera menyadari begitu berharganya informasi yang terkandung dalam manuskrip-manuskrip kuno tersebut untuk dipelajari lebih lanjut, terutama dalam mendukung program ruang angkasa dan riset mengenai masalah anti-gravitasi. Lalu adakah hubungan antara semuanya ini dengan fenomena UFO?

UFO dan Teknologi Nabi Sulaiman

UFO (Unidentified Flying Objects) alias Benda-benda Terbang Tak Dikenal yang selama ini selalu dianggap atau diidentikkan sebagai kendaraan mahluk-mahluk luar angkasa yang datang dari planet lain, tidak lain dan tidak bukan adalah pesawat dengan teknologi yang sama dengan kendaraan terbang Nabi Sulaiman a.s. Teknologi mesin terbang anti-gravitasi ini telah berhasil ditemukan kembali dan dikembangkan oleh pemerintah Amerika usai Perang Dunia II dengan merampasnya dari pihak Nazi Jerman. Mereka mendapatkan teknologi tersebut lewat Operation Paperclip dengan meringkus ilmuwan-ilmuwan Nazi dan menjarah dokumen-dokumen hasil penelitian dan pengembangan senjata rahasia yang berhasil dilakukan oleh pihak Nazi semasa perang. Salah satunya tak menutup kemungkinan adalah pengembangan lebih lanjut dari eksperimen anti-gravitasi Nazi-Bell untuk menciptakan mesin terbang.

Untuk menutup-nutupi apa yang telah berhasil mereka capai dan kembangkan, serta untuk mengelabui publik dunia akan keberadaan pesawat-pesawat eksperimen anti-gravitasi ciptaan mereka yang banyak berseliweran di langit, di seluruh penjuru dunia, maka dihembuskanlah isu dan propaganda tentang adanya mahluk-mahluk luar angkasa atau alien yang datang ke bumi dengan mengendarai pesawat-pesawat piring terbang. Sebagian besar dari kasus-kasus pemunculan UFO atau piring-piring terbang tersebut bahkan memang disengaja atau direkayasa sendiri oleh pemerintah Amerika, lengkap dengan pemunculan mahluk-mahluk alien yang beraneka rupa dengan tujuan untuk menteror umat manusia dan menyesatkan opini publik.

Jika UFO atau mesin terbang anti-gravitasi yang dikembangkan oleh Amerika itu sebenarnya adalah teknologi Nabi Sulaiman yang dipelajari kembali oleh pihak Nazi dari manuskrip-manuskrip kuno berbahasa sansekerta di wilayah India dan Tibet, lalu bagaimana teknologi tersebut bisa sampai terbawa ke sana? Bukankah wilayah kerajaan Nabi Sulaiman a.s berada di wilayah Palestina?

Menarik untuk ditelusuri kembali bahwa ada sebuah fakta ketika kerajaan Nabi Sulaiman runtuh dan berakhir pada sekitar abad ke-10 SM, kedua belas kabilah bangsa Bani Israel tercerai-berai dan pergi mengungsi ke berbagai penjuru dunia. Ada yang diperbudak oleh bangsa Babylonia, ada yang tetap tinggal di Palestina, dan ada yang mengungsi ke anak benua India serta dataran tinggi wilayah Tibet atau Kashmir. Tidak menutup kemungkinan kabilah Bani Israel yang mengungsi ke India dan Tibet tersebut adalah kabilah Yahudi keturunan Ashaf bin Barkhiya, orang kepercayaan Nabi Sulaiman a.s. yang bertanggung jawab dalam menjaga rahasia warisan teknologi tingkat tinggi Nabi Sulaiman a.s., termasuk diantaranya adalah teknologi teleportasi yang digunakan untuk memindahkan singgasana Ratu Balqis dan mesin terbang anti-gravitasi.

Bangsa Yahudi yang kini berkumpul dalam negara Israel di wilayah Palestina dan diketahui telah lama mencoba menelusuri kembali kabilah-kabilah mereka yang hilang (termasuk memburu warisan teknologi Nabi Sulaiman), kini tampaknya telah menemukan kembali dan tengah berupaya untuk menguasai teknologi tingkat tinggi tersebut. Semua itu demi merintis dan mewujudkan kembali cita-cita besar mereka, yaitu membangkitkan kembali kejayaan bangsa Bani Israel untuk yang kedua kalinya dengan membangun kembali Kuil Sulaiman dan mendirikan satu negara Israel Raya seperti pada zaman keemasan Nabi Sulaiman dulu, tetapi kali ini dengan menjadikan Dajjal sebagai pemimpin mereka. Wallahu’alam. (***)

Daftar Pustaka

Childress, David. 1985. The Anti-Gravity Handbook. Adventures Unlimited Press.

               . 2000. Technology of the Gods: The Incredible Sciences of the Ancients.
Adventures Unlimited Press.