Tuesday, May 5, 2015

Perjalanan Jihad Muslim Abu Walid al-Shishani


Oleh: Ari Subiakto

 
Meskipun Abu Umar al-Shishani adalah komandan Mujahidin Chechen yang paling terkenal dan menjadi pusat pemberitaan media massa sepanjang berlangsungnya konflik di Suriah dan Irak, namun sebenarnya komandan Mujahidin Chechen di Suriah yang paling senior dan memiliki pengalaman paling banyak di medan jihad adalah Muslim Abu Walid al-Shishani, komandan kelompok Jundu as-Sham yang berpusat di kota Latakia.



Muslim Abu Walid al-Shishani komandan kelompok Mujahidin Jundu as-Sham yang bermarkas di kota Latakia, Suriah.


Muslim yang memiliki nama asli Murad Margoshvili lahir pada tanggal 26 Mei 1972 di desa Akhmeta, tak jauh dari desa kelahiran Abu Umar di Birkiani, wilayah Pankisi Gorge, Georgia. Meskipun pemerintah Amerika dan dunia internasional menganggap Muslim sebagai teroris yang paling dicari dan berbahaya, tapi bagi warga desa Akhmeta yang pernah mengenalnya, tidak ada satu pun hal buruk mengenai dirinya. Mereka dengan jujur mengatakan bahwa Muslim adalah pribadi yang sangat kalem dan bersahabat, bahkan sejak masih kanak-kanak.


Temur, salah seorang kerabatnya, menceritakan mengenai masa kecil Murad; Kami tumbuh besar bersama, meskipun dia tidak pergi ke sekolah. Keluarganya sangat miskin, dan seperti hampir semua anak lainnya, dia menggembalakan domba. Murad kemudian pindah ke Rusia bersama dengan orangtuanya dan mendapatkan pendidikan dasarnya di sana.


Selama tinggal di Rusia, Murad sempat masuk ke dalam dinas ketentaraan Uni Soviet, dimana ia mendapatkan pelatihan dan pengalaman militernya yang pertama. Dalam dinas AD Uni Soviet tersebut, Murad ditempatkan di divisi pertahanan udara yang berpangkalan di Moldova, dan ketika masa tugas wajib militernya telah selesai, Murad bersama keluarganya pun pulang kembali ke desanya di Pankisi Gorge untuk sementara waktu.


Murad sebenarnya sangat cerdas dan semua orang menyayangkan dirinya yang tidak melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi,” lanjut Temur. “Kemudian, seluruh keluarganya pindah ke Grozny dan Murad mendapatkan pekerjaan di sana sebagai seorang kuli bangunan. Saat pecah Perang Chechnya Pertama, kami semua ikut berjuang. Karena Murad pernah di militer, dia memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan para sukarelawan yang tidak terlatih. Usai perang yang pertama, dia bergabung dengan Emir Khattab yang memiliki sejumlah kamp di pegunungan dan Murad menjadi instruktur bagi para pendatang baru. Usai kematian Khattab, dia menjadi tangan kanan Abu al-Walid (penerus Emir Khattab). Saat Perang Chechnya Kedua dimulai, Murad menjadi komandan pasukan yang terkemuka. Orang-orang Rusia mencarinya siang dan malam.


Selama bergabung dengan kelompok mujahidin pimpinan Komandan Khattab yang kemudian diteruskan oleh Abu al-Walid, dimana sebagian besar anggotanya adalah para Mujahidin Arab atau mereka yang berasal dari luar wilayah Chechnya, Murad banyak mengenal dan bekerja sama dengan sejumlah tokoh penting pejuang Chechen, seperti Shamil Basayev. Murad juga tergabung dalam International Islamic Peacekeeping Brigade, pasukan yang dibentuk oleh Shamil Basayev dan Komandan Khattab untuk memerangi tentara pendudukan Rusia di wilayah Dagestan pada tahun 1999 atau tak lama sebelum pecahnya Perang Chechnya II.


Selama ikut berjihad dalam Perang Chechnya II (1999-2000), Murad sempat ditunjuk sebagai komandan Mujahidin untuk wilayah Vedeno, dan pada tahun 2002, atas perintah dari Abu al-Walid, Murad ditugaskan untuk membentuk front baru di Distrik Sunzha, dimana di wilayah itu Murad berhasil membangun kekuatan pasukan pejuang Chechen yang berjumlah cukup besar.


 
Dalam sebuah pertemuan antar komandan pejuang Chechen, Murad menyempatkan diri untuk berfoto bersama dengan Shamil Basayev, komandan Mujahidin Chechnya yang legendaris.


Namun pada tanggal 7 Oktober 2003, para petugas di Orjonikidze Station”, Ingushetia, menghentikan mobil yang ditumpangi Murad, dan ia pun ditahan bersama beberapa orang lainnya. Setelah penangkapan itu, kabar mengenai Murad tidak lagi diketahui rimbanya. Baru pada tanggal 2 Februari 2006 diketahui bahwa selama dua tahun lebih Murad ditahan dalam Penjara Vladikavkaz yang dioperasikan oleh pihak FSB (dinas intelejen Rusia). Pihak FSB menyalahkannya atas serangkaian serangan teroris di kota Mozdok dan berusaha untuk membuatnya mengaku, tetapi Murad tidak bersalah ataupun terlibat dengan apa yang dituduhkan kepadanya. Bagaimana upaya pihak Rusia untuk membuat orang-orang Chechen yang tidak bersalah, seperti Murad, untuk mengaku tentunya sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Siksaan yang kejam dan brutal adalah jawabannya. Namun begitu, orang-orang Rusia gagal mendapatkan pengakuan dari Murad. Karena gagal, mereka pun kemudian mengalihkan sasarannya kepada janda salah seorang komandan pejuang Chechnya yang juga mereka tahan di penjara yang sama. Pemerkosaan adalah prosedur standar bagi para wanita Chechen yang ditahan dalam penjara Rusia. Mereka pun akhirnya mendapatkan testimoni dari janda tersebut yang menyatakan bahwa Murad terlibat.


Pada tanggal 2 Februari tersebut, di kota Nazran, digelarlah sidang pengadilan tinggi terhadap kasus penahanan Murad. Para hakim sangat terkejut saat melihat sang tertuduh (Murad) – semua kuku jarinya terlepas dan satu giginya tanggal…. Siksaan yang dijalaninya pasti sungguh tak terbayangkan. Selama jalannya proses pengadilan, wanita yang sedianya akan memberikan testimoni yang memberatkan Murad ternyata menyatakan bahwa ia dipaksa untuk memberikan testimoni tersebut. Ia mengatakan bahwa agen-agen FSB Rusia telah mengancamnya akan melakukan aborsi paksa bila ia tidak mau menandatangani testimoni yang disodorkan kepadanya. Pernyataan dari wanita ini tentu saja membuat orang-orang Rusia marah karena juri pengadilan secara bulat memutuskan Murad tidak bersalah mengingat tidak ada cukup bukti keterlibatan Murad dalam aksi terorisme yang dituduhkan kepadanya. Hakim Isa Gadziev pun lalu memutuskan agar Murad dibebaskan dari tahanan.


Namun bagian yang paling menarik dari proses persidangan Murad tersebut adalah insiden yang terjadi sesudahnya. Seperti yang dituturkan oleh Nodar Daushvili, pengacara Murad, dalam sebuah petikan wawancara untuk Novaya Gazeta, “Ketika sidang pengadilan masih berlangsung, ada tiga orang berpakaian tempur terlihat gelisah di ruangan sidang. Ketika jalannya sidang berakhir, salah seorang dari mereka menghilang entah kemana. Beberapa menit kemudian saya menoleh keluar jendela dan melihat sebuah minibus melaju masuk ke halaman, pintunya terbuka dan keluarlah sekitar selusin orang berseragam loreng yang segera merangsek masuk ke dalam gedung. Saya langsung menyadari bahwa mereka datang untuk menculik Murad. Kami segera melewati satu celah sempit – Murad yang hanya bisa berjalan tertatih-tatih (karena siksaan yang dideritanya) dibantu oleh sejumlah petugas polisi yang mengawalnya, keluar dari gedung sidang melalui sebuah tangga rahasia.


Untuk menghindari ancaman para agen intelejen pemerintah Rusia yang ingin membunuhnya, juga untuk menjalani perawatan medis akibat siksaan yang selama ini dialaminya di penjara, Murad pun secara diam-diam pergi menyeberang ke Georgia. Setelah kesehatannya pulih kembali, Murad segera berusaha mengontak pihak Emirat Kaukasus. Ia menyatakan keinginannya untuk bergabung dan meminta kepada mereka agar bisa membantu mengusahakannya kembali masuk ke wilayah Chechnya. Namun dengan bahasa yang baik, pihak Emirat Kaukasus menjawab bahwa mereka tidak bisa memenuhi permintaan Murad karena mereka tidak memiliki alasan yang kuat untuk mempercayai Murad, mengingat Murad pernah menghabiskan waktu lama di penjara Rusia, sehingga mereka tak mau mengambil resiko kemungkinan Murad kini bekerja untuk pihak Rusia bila mereka menerimanya kembali, meskipun mereka tahu bahwa pihak Rusia telah gagal membuat Murad mengaku. Murad yang tidak bisa bergabung dengan pihak Emirat Kaukasus, akhirnya memutuskan untuk membentuk kelompok bersenjatanya sendiri dan berupaya menyeberang ke Dagestan, namun gagal.


Kesempatan untuk memerangi Rusia datang ketika pecah perang antara Rusia dengan Georgia. Temur kemudian menceritakan, “Ketika Perang Agustus pecah di tahun 2008, banyak pemuda berkumpul di Pankisi Gorge (terdapat sekitar 250 orang, termasuk Murad), dan mengirim seorang utusan kepada pemerintah Georgia, untuk mengatakan bahwa mereka akan sangat senang pergi berperang jika diperlukan. Menteri Dalam Negeri meresponnya dengan jawaban “Kami akan memanggil kalian jika diperlukan”. Para pemuda mengatakan, “Apa jadi soal dimana kami bertempur melawan Rusia? Jihad adalah Jihad, di mana pun tempatnya.” Anda mungkin tidak percaya kepada saya, namun saat ini bagi Murad, bertempur melawan Assad sama artinya bertempur melawan Rusia. Setelah perang berakhir, Murad, bersama dengan Ahmed Chataev dan ‘Dushman’ mengawasi pelatihan sejumlah kelompok bersenjata, meski hal ini tidak dikonfirmasi secara resmi.


Peran sertanya dalam memerang tentara Rusia ketika berlangsungnya perang antara Georgia dengan Rusia, membuat pihak Emirat Kaukasus mengingat kembali namanya. Suatu hari, Murad mendapatkan video rekaman berisi pernyataan dari Doku Umarov yang menginsyaratkan bahwa Umarov membutuhkan para pejuang yang telah berpengalaman dan meminta mereka untuk kembali. Momentum tersebut bersamaan dengan dibukanya kembali jalur aman dari Georgia ke Dagestan. Menurut keterangan dari orang yang dekat dengan Murad saat itu, kelompok bersenjata pimpinan Murad memang berniat untuk menggunakan jalur aman tersebut untuk pergi ke Dagestan.


 
Murad Margoshvili (kedua dari kiri) bersama sejumlah pejuang Chechen yang tergabung dalam kelompoknya selama periode antara tahun 2008 – 2010.


Tapi sebelum Murad sempat pergi ke Dagestan dan masuk kembali ke wilayah Chechnya untuk berbai’at kepada Doku Umarov, terjadi satu masalah. Dalam sebuah wawancara, Murad menceritakan, “Saat saya dengar bahwa ada satu kelompok dari saudara-saudara kami yang berupaya untuk menyeberang ke Dagestan. Orang-orang Rusia mengetahui tentang mereka dan telah mempersiapkan sebuah penyergapan. Saya tidak dapat menghubungi Doku, tapi berusaha untuk memperingatkan beliau mengenai resiko bahwa kelompok tersebut kemungkinan akan dihabisi oleh pasukan Rusia. Namun begitu, saya gagal dan kelompok tersebut dibasmi oleh pemerintah Georgia. (Murad mencontohkan satu operasi kontra teroris di Lopota). Pihak Emirat Kaukasus segera mulai mencari siapa yang bertanggung jawab, dan sekali lagi, Emir mencurigai saya. Tak seorang pun di pihak Emirat yang ingin mendengar penjelasan saya, akhirnya saya meninggalkan Georgia, pindah ke Turki dan kemudian ke Suriah untuk mengobarkan jihad saya sendiri.


Belakangan pihak Emirat Kaukasus mengetahui bahwa Murad yang kini dikenal sebagai Muslim Abu Walid al-Shishani telah berada di Suriah dan meminta kepadanya untuk bertempur di bawah bendera Emirat Kaukasus, tetapi Murad dengan tegas menolaknya. Murad yang telah memperoleh kembali status dan nama besarnya sebagai seorang panglima pasukan Mujahidin, sebelumnya telah berkonsultasi dengan sejumlah ulama jihad, juga dengan Abu Umar dan Saifullah al-Shishani, mengenai statusnya sebagai Mujahidin Kaukasus yang berjihad di Suriah. Hampir semuanya mengatakan bahwa bai’at kepada Dokka Umarov diwajibkan hanya apabila seorang Mujahidin berada di dalam wilayah yang dikuasai oleh Amir Mujahidin Kaukasus tersebut. Namun karena faktanya Umarov tidaklah mengontrol wilayah Suriah, maka Muslim pun kemudian memutuskan untuk beroperasi secara independen.


Saat pertama kali tiba di Suriah pada tahun 2012, Muslim baru melihat hanya ada beberapa orang Muhajirin (pejuang asing) di Suriah. Sebagian besar dari mereka bergabung dengan Jabhat al-Nusrah dan Ahrar Sham. Sementara di kalangan Ansar (pejuang lokal), seperti di banyak tempat lainnya dimana jihad baru dimulai, Muslim banyak melihat perilaku jahiliyah karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman agama mereka. Namun begitu, sebagian besar dari mereka sebenarnya mencintai Islam dan menginginkan Islam tegak di tanah mereka.


Bagi Muslim, Suriah merupakan Chechnya kedua. Berbekal pengalaman yang diadopsi dari Komandan Khattab dan para Mujahidin Arab yang pernah berjihad di Chechnya, Muslim bersama sejumlah rekannya kemudian mulai bergerak dan bekerja. Membenahi terlebih dahulu kondisi masyarakat Suriah sebelum mulai mempersiapkan pembentukan kelompok jihad. Bersama-sama dengan masyarakat setempat dan para ulama, Muslim membantu mendirikan sebuah madrasah di Latakia. Dengan program pendidikan selama 3 bulan, banyak warga Suriah yang minim pengetahuan agamanya diajak dan diajarkan sampai mereka bisa shalat dan berdoa dengan baik.


Selain madrasah untuk umum, sebuah sekolah untuk anak-anak juga dibuka. Dengan masa belajar selama sebulan, anak-anak tinggal dan diberi makan di sekolah tersebut. Mereka diajarkan tentang dasar-dasar ilmu agama. Bahkan di bulan pertama, sebanyak 50 orang anak yang belajar di sekolah tersebut, terpaksa tidak dapat genap sebulan belajar karena telah menunggu lebih dari 100 orang anak lainnya yang diantar oleh orangtuanya untuk mengantri masuk ke sekolah tersebut.


Muslim juga ikut serta membantu membuka kembali sebanyak 17 masjid yang sebelumnya telah ditutup. Melalui masjid-masjid tersebut, dakwah diorganisasikan, shalat berjamaah ditegakkan, dan doa bersama dilakukan. Mereka yang berdakwah dan bekerja sama tersebut tidak hanya dari warga sipil saja, tetapi juga dari kelompok Tentara Pembebasan Suriah (FSA), sehingga hasilnya pun mulai terlihat dengan baik. Setelah tatanan masyarakat yang lebih baik dan Islami sudah mulai terlihat, Muslim pun mulai melaksanakan tahap kedua dari agendanya di Suriah, yaitu membentuk satu kelompok jihad untuk memerangi kekejaman rezim Bashar al-Assad.


Kelompok jihad yang dibentuk oleh Muslim Abu Walid al-Shishani ini diberi nama Junud as-Sham (Tentara Syam) dan bermarkas di Latakia. Kelompok jihad ini bersifat independen, tidak tergabung atau menginduk pada kelompok-kelompok jihad lokal yang ada di Suriah, juga bukan merupakan representasi dari Emirat Kaukasus. Namun begitu, kelompok ini cenderung bekerja sama dengan Jabhat al-Nusrah dan kelompok-kelompok jihad yang sealiran. Kekuatan personil kelompok Junud as-Sham diperkirakan berjumlah sekitar 300 personil mujahidin.


Junud as-Sham mulai dikenal ketika ikut berpartisipasi dalam operasi ofensif Latakia pada tahun 2014 bersama-sama dengan para pejuang dari Front Islam, Front al-Nusrah dan Harakat Islam Sham. Ketiganya menyatukan kekuatan mereka dalam suatu operasi gabungan melawan pasukan rezim Assad dan milisi Syiah yang berada di kota Latakia. Sebelumnya, Muslim juga menjalin kerja sama dengan Saifullah al-Shishani untuk melancarkan operasi penyerbuan ke Penjara Pusat kota Aleppo untuk membebaskan tahanan yang disiksa oleh rezim Assad. Namun sayangnya, serangan ini berakhir dengan kegagalan dan gugurnya Saifullah.

 

Selain ikut terlibat aktif dalam berbagai operasi ofensif melawan rezim Assad, Muslim juga membangun kamp-kamp pelatihan militer di Latakia untuk menampung dan melatih para mujahidin asing yang datang ke Suriah. Kini, di Suriah, Muslim Abu Walid al-Shishani menjalankan peran yang sama dengan yang pernah dilakukan oleh Sheikh Abdullah Azzam di Afghanistan atau Komandan Khattab di Chechnya. Hal ini menunjukkan bahwa regenerasi kaum Mujahidin akan tetap terus ada. Selama masih ada umat Islam yang tertindas dan teraniaya, maka di sanalah akan lahir mujahidin-mujahidin baru yang akan bangkit memberikan perlawanan. (***)

 

Wednesday, April 29, 2015

Sejarah Fenomena UFO dan Asal-Usul Hipotesis Ekstraterestrial


Oleh : Ari Subiakto
 


Jika kita mencoba menelusuri kembali sejarah fenomena penampakan UFO di era modern saat ini, fenomena ini tercatat mulai marak terjadi setelah Perang Dunia II berakhir. Penampakan pertama yang menandai tonggak lahirnya fenomena UFO di era modern terjadi tanggal 24 Juni 1947, ketika Kenneth Arnold, seorang pengusaha asal Amerika yang tengah menerbangkan pesawat pribadinya, melaporkan adanya 9 obyek aneh berbentuk cakram yang terbang di atas Pegunungan Reinier, Washington. Arnold mengatakan obyek tersebut terbang seperti piring yang dilemparkan di atas permukaan air. Dari sinilah, berkat peran media massa, istilah “piring terbang” atau “flying saucer” pun lahir dan menjadi terminologi yang populer untuk menyebutkan adanya benda-benda terbang aneh tak dikenal yang tampak di langit.


Momen penting kedua dalam sejarah UFO datang di bulan Juli 1947, dimana hipotesis adanya kunjungan dari luar angkasa muncul lewat rumor jatuhnya sebuah pesawat piring terbang berikut mahluk-mahluk kerdil di dalamnya di sebuah wilayah peternakan di kota Roswell, New Mexico. Kasus ini pun kemudian resmi menandai lahirnya mitos “Area 51” dimana kabarnya pihak militer Amerika telah mengambil alih bangkai piring terbang berikut mahluk-mahluk kerdil yang jatuh di Roswell itu untuk kemudian disimpan dan dipelajari dalam sebuah hangar di pangkalan militer rahasia mereka yang berada di gurun Nevada.


Semenjak kedua pemberitaan mengenai UFO pada bulan Juni dan Juli 1947 itu, fenomena pemunculan UFO pun mulai marak menyusul bermunculan di berbagai belahan bumi, terutama di wilayah Amerika dan Eropa. Sedikitnya ada 1.000 laporan tentang penampakan benda terbang asing berbentuk cakram keperakan di siang hari atau bercahaya pada malam hari. Dalam setiap laporan dan peristiwa pemunculan tersebut selalu terlihat adanya dua pihak yang secara aktif terlibat, yaitu pihak militer dan media massa. Kedua belah pihak yang seolah saling bertentangan pendapat dalam mengusung isu mengenai UFO ini sesungguhnya saling bersinergi dalam membangun opini publik tentang adanya alien. Hipotesis alien ini kemudian semakin diperkuat dengan pernyataan pihak AU Amerika sendiri dalam “Project Sign” yang dikeluarkan secara resmi pada tahun 1948, yang menyimpulkan bahwa UFO adalah benda terbang ekstraterestrial.


Pada tahun 1950, terbit dua buah buku yang sangat penting dalam membahas masalah fenomena penampakan UFO, yaitu “Flying Saucers Are Real” yang ditulis oleh Donald Keyhoe dan “Behind Flying Saucers” oleh Frank Scully. Kedua buku ini sangat penting peranannya dalam membangkitkan minat dan ketertarikan masyarakat luas mengenai fenomena UFO di masa-masa awal gelombang pemunculannya yang pertama. Keyhoe sendiri yang merupakan mantan perwira AL Amerika berpangkat mayor, merupakan tokoh pertama yang mempresentasikan dan mengenalkan secara luas Hipotesis Ekstraterestrial kepada publik masyarakat Amerika sejak tahun 1949. Dalam bukunya tersebut, Keyhoe menulis bahwa piring terbang berasal dari planet lain yang sedang mengawasi penduduk bumi karena khawatir akan perkembangan senjata nuklir. Pihak militer Amerika yang kemudian menolak untuk menjawab atau menanggapi pernyataan Keyhoe tersebut lalu dianggap oleh publik sengaja menutup-nutupi kenyataan yang sebenarnya. Publik yang penasaran dan terpancing dengan isu yang dilontarkan Keyhoe pun akhirnya mulai mencurigai pemerintah Amerika.


Isu dan tekanan publik yang semakin berkembang kemudian menyebabkan AU Amerika kembali melakukan investigasi baru tentang masalah UFO. Investigasi ini dimulai kembali tahun 1951 dengan nama sandi Project Bluebook yang dipimpin oleh Kapten Edward J. Ruppelt. Lewat proyek ini, terminologi “Piring Terbang” atau “Flying Saucer” yang banyak beredar luas di masyarakat kemudian diubah dengan istilah UFO oleh Ruppelt, dan tetap dipakai hingga sekarang ini. Istilah UFO dipakai karena benda-benda terbang yang dianggap berasal dari luar angkasa tersebut tidak hanya berbentuk piringan atau cakram, melainkan ada pula yang berbentuk bola, elips, bahkan cerutu. Hasil dari investigasi Project Bluebook dan pihak Universitas Colorado yang diwakili Dr. Edward U. Condon, kemudian menyimpulkan bahwa ada sebanyak 29% laporan penampakan UFO yang tidak dapat dijelaskan atau dalam arti adalah merupakan penampakan pesawat-pesawat asing yang tidak lazim, baik bentuk dan karakteristiknya.


Secara umum, bentuk UFO yang tak lazim itu dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu bentuk cakram atau piringan (disc-shaped), bentuk bola (spherical), bentuk silinder (cylindrical), dan bentuk segitiga atau sayap delta (triangle). Keempat bentuk tersebut memang tidak lazim dikenali sebagai bentuk pesawat oleh masyarakat awam, meskipun ada banyak prototipe pesawat eksperimen, terutama pesawat pihak militer, yang diketahui memiliki bentuk-bentuk seperti itu. Sementara untuk karakteristik dan kemampuan terbang UFO yang paling mengundang tanda tanya adalah kecepatannya yang mampu mencapai hingga beberapa ribu mil per jam, kemudian akselerasinya yang menakjubkan seperti mampu berhenti atau meningkatkan kecepatannya secara mendadak, serta kemampuan manuvernya yang ekstrim dan bisa mengambang diam di udara tanpa suara (silent hovering). Semua kemampuan tersebut benar-benar belum bisa dipahami oleh para pakar penerbangan saat itu, bahkan hingga kini.


Gelombang pemunculan UFO yang kedua menyusul terjadi pada tahun 1952, dimana laporan mengenai penampakan UFO terus semakin banyak bermunculan di berbagai belahan dunia, termasuk selama beberapa malam berturut-turut di atas kota Washington DC. Pada periode ini, opini publik mengenai mahluk-mahluk dari luar angkasa (Hipotesis Ekstraterestrial) telah semakin terbentuk. Sejak awal tahun 1950-an itu pula, kasus-kasus kontak dengan mahluk UFO pun mulai marak terdengar. Salah satunya yang paling terkenal dan juga paling absurd adalah kasus yang dialami oleh George Adamski, dimana ia mengaku bertemu dengan mahluk rupawan bernama Orthon, awak piring terbang yang berasal dari planet Venus. Ia menawarkan Adamski tumpangan ke bulan, bahkan menghadiri konferensi di planet Saturnus. Perjumpaan tersebut juga disertai dengan pesan-pesan dari mahluk Venus tersebut tentang bahaya senjata nuklir, sebuah isu yang memang tengah populer pada masa itu.


Pada tahun 1961, terminologi “alien abduction” pun lahir dan mencuat lewat kasus penculikan Barney dan Betty Hills oleh awak UFO yang diduga berasal dari sistem perbintangan Zeta Reticuli. Kasus ini pun dengan cepat mengubah tren kontak dengan mahluk UFO, dari kasus perjumpaan dengan mahluk rupawan yang baik hati menjadi kasus penculikan oleh alien abu-abu bertampang seram dan dingin yang tak memiliki emosi. Pertengahan tahun 1970-an laporan tentang penculikan dan kontak dengan mahluk UFO semakin populer dan santer terdengar. Kasusnya pun semakin bervariasi sehingga kemudian mendorong lahirnya berbagai macam spekulasi, mulai dari adanya konspirasi pemerintah dengan alien (alien conspiracy) dimana katanya pihak pemerintah Amerika memperoleh transfer teknologi dari para alien dan sebagai kompensasinya mereka diizinkan untuk melakukan penculikan dan juga eksperimen genetika terhadap penduduk bumi, hingga mendorong lahirnya sejumlah gerakan atau sekte keagamaan pemuja alien (alien occultism) yang sempat populer pada era tahun 80-an dan 90-an.


Tapi kalau mau ditelusuri lebih jauh lagi, paradigma masyarakat dunia tentang alien ini sebenarnya bukan berawal dari semua kronologis peristiwa tersebut di atas. Histeria ini ternyata berawal dari sebuah novel karya H.G. Wells yang berjudul “War of the Worlds” (1897) yang kemudian diangkat dan dipopulerkan oleh Orson Welles melalui sebuah sadiwara radio yang disiarkan oleh jaringan radio CBS ke seantero penjuru wilayah Amerika pada tahun 1938. H.G. Wells sendiri menulis novel tersebut karena terinspirasi oleh adanya penemuan alur-alur di permukaan planet Mars oleh Giovanni Schiaparelli pada tahun 1877 yang dijuluki “canali” atau “kanal”. Sebutan “kanal” ini memberikan kesan bahwa alur-alur tersebut adalah buatan (artifisial), dan memunculkan spekulasi bahwa “kanal-kanal” itu sesungguhnya dibangun oleh para penduduk Martian atau mahluk berintelegensi yang ada di planet Mars.


Sadiwara radio yang diangkat dari novel H.G. Wells ini menceritakan tentang serbuan penduduk Mars ke bumi yang diceritakan dengan gaya seperti pembacaan berita (news broadcast) dan diikuti “siaran langsung” di tempat kejadian, sehingga sandiwara radio itu terdengar realistis dan membuat para pendengarnya seolah-olah merasakan bahwa “berita” tersebut adalah suatu kenyataan dan berpikir bahwa para penduduk planet Mars memang tengah menginvasi wilayah Amerika. Sadiwara radio ini begitu sangat populer. Bahkan sempat menciptakan kebingungan dan kepanikan warga yang tak terkendali, dimana isu tentang pendaratan mahluk asing tiba-tiba saja muncul, merebak dan mengegerkan warga masyarakat Amerika, terutama di wilayah pesisir pantai timur yang ternyata banyak yang begitu mudah langsung terpengaruh dan mempercayainya. Mereka percaya bahwa alien telah mendarat di Grovers Mill, New Jersey. Akibatnya terjadilah gelombang pengungsian massal dari sejumlah kota dan wilayah negara bagian Amerika. Pemerintah Amerika sendiri sempat dibuat resah dan repot dengan kejadian ini. Dari sinilah awal mula histeria massa dan paradigma UFO sebagai pesawat luar angkasa alien berawal. Meski isu ini kemudian tenggelam oleh pecahnya Perang Dunia II di daratan Eropa, namun ingatan orang tentang invasi mahluk-mahluk dari planet Mars masih membekas dan tersimpan dalam alam bawah sadar mereka, bahkan menular luas ke sebagian besar masyarakat dunia.


Ingatan akan datangnya mahluk dari luar angkasa kemudian muncul kembali menjelang Perang Dunia II berakhir di wilayah Eropa. Diawali dari laporan adanya penampakan bola-bola metalik bercahaya yang disebut Foo Fighters oleh pilot-pilot pesawat tempur Sekutu, lalu disusul oleh kabar tentang munculnya roket-roket hantu (ghost rockets) di wilayah Skandinavia pada tahun 1946, dan 2 peristiwa yang terjadi pada tahun 1947 di atas (kasus Kenneth Arnold dan jatuhnya UFO di Roswell). Sejak itu, mulai maraklah kasus-kasus pemunculan UFO yang tampak di langit di berbagai penjuru wilayah dunia, sehingga tahun 1947 pun kemudian dianggap sebagai tahun gelombang pemunculan UFO yang pertama.


Pada era ini, peran media massa sangat kental dalam membangun opini dan presepsi publik mengenai Hipotesis Ekstraterestrial. Ketika gelombang pemunculan piring terbang melanda wilayah Amerika di tahun 1947, koran-koran pun berlomba-lomba memuat berbagai macam cerita dan spekulasi tentang asal-muasal benda-benda terbang misterius tersebut, meski seringkali tanpa didasari oleh bukti-bukti yang kuat. Kolom-kolom dan editorial-editorial surat kabar yang membahas mengenai fenomena penampakan UFO muncul silih berganti bak jamur tumbuh di musim hujan. Begitu pula redaksi dan editor surat kabar yang dibanjiri oleh surat-surat pembaca yang ingin menceritakan pengalaman mereka atau mengemukakan teorinya.


Selama beberapa dekade tahun berikutnya, UFO pun telah berubah menjadi sebuah mitologi dunia modern yang terus berkembang di era abad ruang angkasa. Isu seputar fenomena UFO dengan hipotesis ekstraterestrial-nya sedikit banyaknya juga telah mempengaruhi semangat dan antusiasme publik di negara-negara maju dalam mendukung perlombaan ruang angkasa yang dilakukan dua negara adi daya, Amerika Serikat dan Uni Soviet, terutama dalam upaya mendaratkan manusia ke bulan. Selain itu, isu mengenai UFO juga meningkatkan gairah sifat alami manusia yang memang cenderung selalu tertarik dan menyukai hal-hal yang bersifat misteri, sehingga lalu mendorong timbulnya berbagai macam kelompok formal maupun informal tentang UFO. Publik kemudian menyebut mereka sebagai “UFOlogist”, “Contactees”, hingga “Sky Watchers”, dimana secara umum mereka bertujuan untuk menginvestigasi atau mencari jawaban tentang fenomena UFO. Mereka menghabiskan banyak waktu untuk mengumpulkan data, berburu UFO, dan mempelajari banyak informasi yang dirasa berhubungan dengan topik ini lewat berbagai macam metode pendekatan, meskipun kadangkala mereka agak kurang cerdas dalam memilah-milah informasi.


Ketertarikan orang akan fenomena UFO ditambah kecenderungan sifat alami manusia yang menyukai hal-hal yang bersifat misteri tersebut tentu saja dimanfaatkan dengan sangat baik oleh mereka yang berkecimpung di dunia media yang berbasis industri, dari mulai memakai sosok alien sebagai bintang iklan suatu produk hingga merambah ke dunia industri hiburan, seperti dunia perfilman, yang berupaya untuk mengeruk keuntungan sebesar mungkin dibalik isu fenomena UFO dengan membuat berbagai macam film bergenre sains fiksi, seperti Star Trek, Star Wars, E.T. hingga serial The X Files. Akibatnya, paradigma bahwa UFO adalah kendaraan mahluk luar angkasa dari planet lain pun semakin mengkristal di dalam benak setiap orang tanpa mereka sadari. Kini, dewa-dewa dalam mitologi Yunani kuno pun muncul kembali dalam bentuk penjelajah-penjelajah dari luar angkasa.


Psikologi Massa dalam Menyikapi Fenomena UFO


Dr. J. Allen Hynek, seorang astronom dan juga peneliti paling ternama dalam masalah UFO, mendefinisikan UFO sebagai; “Laporan persepsi dari sebuah obyek atau cahaya yang terlihat di langit atau di darat yang muncul, bergerak, dan memperlihatkan perilaku dinamis dan mengeluarkan cahaya yang tidak masuk logika,….” Dari definisi ini bisa kita lihat bahwa UFO tak lebih dari laporan persepsi seseorang yang menyaksikan suatu fenomena atau benda terbang di langit yang tidak dapat ia jelaskan atau tidak masuk logikanya karena si pengamat itu tidak memiliki pengetahuan akan obyek tersebut. Jadi fenomena UFO itu sendiri sangat bergantung pada persepsi dari si pengamat itu sendiri.


Memang banyak dari saksi mata yang melihat penampakan UFO merupakan orang-orang berpendidikan yang bisa dipercaya, seperti fisikawan dan astronom, atau orang-orang yang sangat berkompeten dalam dunia penerbangan, seperti pilot bahkan astronot. Namun hal tersebut tidak menjamin bahwa apa yang disaksikan oleh mereka bebas dari persepsi pribadi mereka. Seperti contohnya, Kenneth Arnold yang sudah disinggung di muka. Ia adalah seorang pilot dengan jam terbang yang tidak perlu diragukan lagi, mengetahui berbagai macam jenis pesawat yang ada pada era saat itu, tapi ia sama sekali belum pernah mengetahui tentang pesawat tempur Nazi jenis Go-229 yang bermesin jet, berkecepatan hingga 1.000 km/jam, dan memiliki bentuk yang sangat tak lazim untuk zamannya, sehingga ia pun merasa takjub dan terheran-heran saat menyaksikan 9 pesawat dengan bentuk seperti bumerang (flying wing) terbang di atas wilayah Pegunungan Reinier. Tidak menutup kemungkinan bahwa apa yang telah dilihatnya itu adalah pesawat eksperimen Amerika yang dibuat berdasarkan desain pesawat Go-229 yang berhasil direbut dari tangan Jerman.





Kenneth Arnold memperlihatkan sketsa UFO berbentuk bumerang yang dilihatnya (kiri). Bentuk pesawat jet tempur Nazi jenis Go-229 yang sangat mirip dengan UFO yang disaksikan oleh Kenneth Arnold (kanan).


Saat ini apa yang disebut sebagai bukti-bukti penampakan UFO tidak lebih dari hanya sekedar berupa cerita atau keterangan dari para saksi mata, juga sejumlah foto atau video tentang pesawat asing yang memiliki bentuk aneh yang tidak menutup kemungkinan adalah pesawat-pesawat eksperimen paling canggih milik pihak-pihak tertentu yang keberadaannya memang masih sangat dirahasiakan. Keterangan para saksi mata dan dokumentasi pesawat-pesawat UFO itu sama sekali belumlah cukup untuk membuktikan bahwa ada sekelompok alien atau mahluk luar angkasa dari planet lain yang datang mengunjungi bumi. Sementara sama sekali tak ada satu pun foto otentik yang berhasil mengabadikan langsung para pendatang dari luar angkasa tersebut jika keberadaan mereka memang benar-benar ada. Semua foto alien yang selama ini kita lihat dan banyak beredar luas, bisa dipastikan semuanya adalah foto ilustrasi atau palsu, seperti halnya foto pembedahan jasad alien yang dibuat oleh Ray Santili dan berhasil banyak mengecoh para penggemar UFO.


Selain itu, memang terdapat banyak foto penampakan UFO dalam paradigma masyarakat sebagai pesawat luar angkasa alien. Tapi sebagian besar dari foto tersebut tidak jelas (blur), bahkan tidak jarang merupakan hasil dari pemalsuan (forgeries). Salah satu penyebab utama yang membuat banyak orang percaya bahwa UFO adalah pesawat luar angkasa alien sebagian besar disebabkan oleh pernyataan dari para saksi mata yang umumnya tidak mampu membedakan antara fakta sains dan sains fiksi. Mereka yang terpengaruh oleh sains fiksi cenderung didorong oleh keinginan atau upaya untuk menyakinkan orang lain agar mempercayai cerita atau kesaksian mereka yang fantastis mengenai sesuatu yang menurut mereka aneh, unik, dan tidak lazim ditemui, sehingga kemudian cenderung mengabaikan fakta-fakta logis yang mungkin ada. Psikologis ini terus berubah dan berkembang menjadi sebuah paradigma atau opini umum yang diyakini oleh masyarakat luas sebagai suatu kebenaran manakala pihak media massa yang sejak awal memang bertujuan untuk mencari berita yang sensasional mulai turut menyebarluaskannya dengan spekulasi-spekulasi yang belum pasti kebenarannya.


Keyakinan orang akan alien dan UFO sesungguhnya sangat berkaitan dengan keyakinan orang akan hal-hal supranatural, seperti yang dikatakan oleh Paul Kurtz; UFOlogi adalah sebuah mitologi baru di abad ruang angkasa. Keyakinan ini adalah produk sebuah imajinasi kreatif. Ekspresi dari ‘rasa lapar’ kita akan suatu misteri… dan harapan akan suatu jati diri. Para dewa di Gunung Olympus kini telah berubah menjadi para penjelajah antariksa yang akan membawa kita dari alam mimpi ke alam lain.


Lalu bagaimanakah dengan para saksi mata yang mengaku pernah melihat langsung penampakan alien, bahkan sebagian dari mereka ada yang mengaku pernah diculik dan mengalami sejumlah pemeriksaan medis? Padahal sebagian dari mereka adalah para saksi mata yang jujur dan tidak memiliki tujuan ataupun kepentingan tertentu dengan ceritanya. Mereka yang pernah melihat sosok penampakan alien itu mungkin saja tidak berbohong, dan apa yang mereka lihat atau katakan itu benar, tapi hal tersebut tidak bisa menjamin bahwa apa yang mereka lihat itu memang benar-benar alien dari planet lain ataukah hanya sekelompok orang yang menyamar sebagai alien. Pesawat eksperimen milik militer Amerika dan juga tata rias industri perfilman Hollywood sepertinya perlu dipertimbangkan dan bisa jadi banyak berperan dalam hal ini.


Sementara dalam sejumlah kasus penculikan oleh UFO, banyak dari mereka yang mengaku pernah diculik mahluk UFO dan menjalani sejumlah pemeriksaan medis, bahkan ada yang mengaku menjadi obyek eksperimen alien dimana tubuhnya menjadi media inseminasi atau transplantasi, ternyata sebagian besar adalah para saksi yang diragukan kredibilitas kesaksiannya. Kesaksian mereka umumnya hanya didasari atas testimoni yang diperoleh lewat cara hypnosis di luar kesadaran mereka, dimana cara ini memang bisa mengungkapkan ingatan-ingatan mereka sebelumnya, tetapi informasi yang keluar tidak bisa dibedakan antara mana ingatan yang diperoleh dari peristiwa nyata atau dari tidak nyata (misalnya dari menonton film horor yang terbawa sampai mimpi atau terekam hingga ke alam bawah sadar mereka). Dengan begitu, keterangan mereka di bawah pengaruh hypnosis tersebut dengan sendirinya menjadi bias dan tidak dapat dipercaya sepenuhnya sebagai fakta.


Sebagai contoh adalah kasus penculikan Barney dan Betty Hills yang terjadi pada tahun 1961, kesaksian Betty Hills di bawah pengaruh hypnosis ternyata sangat mirip sekali dengan cerita dalam film Invaders from Mars tahun 1953, yang bagitu sangat populer pada waktu peluncurannya, dan baru diputar di TV pada akhir tahun 1961. Perlu dicatat pula bahwa sebelum menjalani hypnosis, peristiwa penculikan yang dialami oleh Betty Hills terbawa dalam mimpi buruknya setelah ia membaca buku-buku tentang UFO. Besar kemungkinan bahwa mimpi-mimpi itu menyatukan tema dan imajinasi dari berbagai sumber yang tidak saling berhubungan menjadi serangkaian kisah penculikan oleh mahluk UFO. Apalagi ada rentang waktu yang sangat panjang antara peristiwa penculikan yang dialami dengan saat mereka mulai menjalani hypnosis, yaitu sekitar 2 tahun, dimana rentang waktu tersebut banyak diisi oleh mereka berdua dengan informasi-informasi mengenai UFO dari buku dan film. Sementara waktu yang hilang yang dialami oleh keduanya di perjalanan, sebenarnya bisa saja disebabkan karena Barney kelelahan di perjalanan, lalu memutuskan untuk menghentikan kendaraannya di pinggir jalan dan tidur sejenak untuk menghilangkan rasa kantuk, mengingat perjalanan yang mereka lakukan cukup jauh dan dilakukan pada malam atau dini hari.



Barney dan Betty Hills memperlihatkan koran yang memuat berita mengenai peristiwa penculikan oleh alien yang mereka alami.


Para UFOlog (peneliti tentang UFO) dalam investigasinya sendiri terlalu fokus pada bukti-bukti yang selama ini hanya terdiri dari keterangan atau testimoni para saksi mata yang mengklaim telah menyaksikan penampakan alien atau pesawat piring terbang. Padahal keterangan semacam itu, meskipun cukup berharga, namun tidak cukup banyak membantu karena tipe kualitas keterangan yang diberikan sangat bergantung pada tingkat intelektual para saksi mata itu sendiri, yang mana terkadang keterangan tersebut cenderung bersifat bias, tidak otentik, tidak disertai dengan bukti fisik, seringkali ditambah-tambah, saling kontradiktif satu sama lain, terdengar tidak logis, membingungkan dsb. Belum lagi dengan keterangan-keterangan dari para saksi mata yang memang cenderung memiliki tujuan atau kepentingan tertentu, misalnya demi popularitas, seperti halnya George Adamski dengan kisah piring terbang dan mahluk rupawan dari planet Venus-nya yang terdengar sangat absurd dan tidak layak untuk diinvestigasi, juga foto piring terbang mengitari pohon dan wanita cantik dari planet Pleiades yang dibuat Billy Meier yang kemudian terbukti sebagai hoax.


Selain itu, para UFOlog juga cenderung untuk mengabaikan fakta-fakta atau penjelasan logis dari para skeptis masalah UFO. Mereka lebih cenderung berupaya untuk mencari-cari bukti atas apa yang ingin mereka percayai, yaitu adanya para pendatang dari luar angkasa, dan bukannya mencari apa yang sebenarnya ada di balik fenomena ini. Akibatnya, mereka pun cenderung mengesampingkan semua fakta dan penjelasan yang tidak memiliki hubungannya dengan teori alien, karena hal tersebut dianggap tidak cukup memuaskan paradigma atau asumsi mengenai mahluk-mahluk dari luar angkasa yang selama ini telah mempesona imajinasi mereka.


Namun di lain pihak, apabila kita mau bersikap adil dalam menilai masalah fenomena penampakan UFO, mempercayai sepenuhnya anggapan para skeptis yang menyatakan bahwa UFO itu tidak ada, karena hampir 90% lebih penampakan UFO dapat dijelaskan sebagai hoax, halusinasi, fenomena astronomis, pesawat eksperimen, satelit, balon cuaca, atau fenomena alam lainnya, juga merupakan suatu sikap yang kurang bijaksana. Kita tidak bisa menggampangkan begitu saja dengan memukul rata seluruh penampakan UFO adalah akibat dari sebab-sebab tersebut di atas. Karena ada banyak hal yang melatarbelakangi fenomena penampakan UFO dewasa ini, salah satunya adalah teori konspirasi negara-negara adidaya untuk menutup-nutupi pencapaian teknologi anti-gravity dan free-energy yang telah berhasil mereka kembangkan. Kedua teknologi tingkat tinggi yang menjadi dasar dari teknologi UFO ini bukan berasal dari alien sebagaimana umumnya teori konspirasi yang dipercaya oleh para UFOlog, tetapi berasal dari pihak Nazi usai Perang Dunia II atau bisa juga dari hasil penemuan ilmuwan jenius seperti Nikola Tesla.


Indikasi bahwa pihak militer Amerika berada di balik fenomena penampakan UFO untuk menutup-nutupi keberadaan pesawat eksperimental buatan mereka yang menggunakan teknologi non-konvensional (anti-gravitrasi) terlihat dari kasus insiden UFO yang dialami oleh Betty Cash, Vickie dan Colby Landrum, pada suatu malam tanggal 29 Desember 1980. Ketika itu, ketiganya tengah mengendarai mobil untuk pulang ke rumah mereka di Dayton, Texas, melalui sebuah jalan yang cukup sepi dan terisolasi. Saat melintasi jalan tersebut, mereka menyaksikan di depan mobil mereka sebuah benda bercahaya terang melayang di atas puncak pepohonan. Saat mendekat, ketiganya menyaksikan sebuah obyek berbentuk berlian (diamond) berukuran raksasa tengah mengambang di udara. Bagian dasar obyek tersebut mengeluarkan lidah api dan menyemburkan hawa panas yang terasa hingga ke dalam mobil.


Tetapi menariknya, ketika UFO itu perlahan-lahan mulai naik, terlihatlah satu skuadron yang terdiri dari 23 helikopter transport jenis CH-47 Chinook, mengelilingi obyek aneh tersebut dalam formasi yang ketat, dan kemudian pergi menjauh. Laporan pemunculan helikopter ini turut dikuatkan pula oleh kesaksian seorang polisi bernama Lamar Walker bersama istrinya yang menyaksikan 12 helikopter Chinook terbang di dekat lokasi kejadian pada malam itu. Sepertinya helikopter-helikopter itu memang sengaja dikirim untuk mengawal UFO yang tampaknya sedang mengalami masalah. Insiden ini dengan jelas menunjukkan bahwa ternyata memang ada keterkaitan antara UFO berbentuk berlian tersebut dengan militer Amerika, sehingga jauh lebih masuk akal bila UFO tersebut adalah merupakan pesawat eksperimen milik militer Amerika, daripada pesawat alien yang berasal dari luar angkasa.


Dari kasus ini dapat kita ketahui bahwa fenomena penampakan UFO selama ini sebenarnya adalah hasil rekayasa manusia sendiri. Pesawat-pesawat dengan bentuknya yang aneh-aneh dan kemampuan terbangnya yang fantastis itu juga sebenarnya adalah hasil buatan manusia dan dikendarai oleh manusia sendiri. Itulah sebabnya kenapa pada banyak kasus pemunculan UFO seringkali terlihat muncul di dekat pangkalan udara atau instalasi militer, terutama milik Amerika. UFO-UFO itu sebenarnya bukan tengah mengintai kekuatan militer manusia bumi, seperti anggapan para UFOlog selama ini, melainkan adalah karena memang UFO itu buatan manusia (baca: Amerika). Selama ini kita merasa kurang yakin akan hal itu karena memang telah dibutakan oleh propaganda media massa yang begitu gencar mengkampanyekan tentang hipotesis ekstraterestrial.


Selain itu, ada satu hal yang membuat keotentikan dari kesaksian penampakan UFO atau alien itu patut diragukan, yaitu fakta bahwa ada begitu banyak ragam dan bentuk rupa alien yang dilaporkan telah disaksikan atau melakukan kontak dengan para saksi mata di seluruh dunia sejak hebohnya penampakan UFO di era tahun 1950-an. Tidakkah ini suatu hal yang aneh? Ada begitu banyak jenis alien yang tentunya masing-masing dari mereka berasal dari planet yang berbeda-beda, tetapi muncul di bumi pada saat yang hampir bersamaan?


Anehnya lagi, alien-alien tersebut pada awal era pemunculan UFO seringkali dilukiskan sebagai mahluk-mahluk kerdil setinggi hanya 1 – 1,2 meter dengan kepala besar. Namun entah mengapa, gambaran alien berangsur-angsur mulai berubah di era sekarang ini menjadi tipe alien berbadan kurus bermata hitam besar tanpa bola mata, seperti yang dilukiskan dalam film The X Files yang disebut sebagai alien tipe greys. Ini adalah tipe sosok alien atau mahluk luar angkasa yang kini umum beredar dalam paradigma atau gambaran masyarakat dunia saat ini. Lalu ke manakah alien tipe lainnya yang dulu pernah banyak bermunculan di era tahun 1950-an dan 60-an? Padahal menurut sejumlah laporan penampakan alien pada era itu, pernah disaksikan adanya alien yang berbulu seperti kera, bermata satu, bertubuh raksasa, dan berbaju astronot lengkap dengan helm kaca, bahkan ada yang mirip orang-orang Skandinavia yang tampan dan cantik (alien dari tipe Nordic). Mengapa kini mereka tidak pernah muncul kembali? Pihak media massa dan juga industri perfilman Hollywood, penulis pikir turut berperan besar dalam transformasi paradigma bentuk alien ini. (***)