Thursday, April 5, 2012

PERANG CHECHNYA





Judul               : Perang Chechnya
Penulis             : Ari Subiakto
Penerbit           : InterPreBook
Harga              : Rp. 40.000

Chechnya adalah sebuah Negara kecil bekas pecahan Uni Soviet yang terletak di sebelah utara wilayah pegunungan Kaukasus, Rusia. Negara ini mayoritas penduduknya muslim sejak abad ke-18, dan peperangan yang terjadi di wilayah ini pecah ketika rakyat Chechnya memproklamasikan kemerdekaannya lepas dari Federasi Rusia pada tahun 1991. Peperangan yang kemudian terjadi antara rakyat Chechnya dengan tentara Rusia merupakan serangkaian pertempuran paling dahsyat yang melibatkan umat Islam di penghujung akhir abad ke-20.

Dalam Perang Chechnya ini terjadi pertempuran kota (Battle of Grozny) yang kedahsyatannya hanya dapat ditandingi oleh pertempuran kota di Stalingrad (1942) dan Berlin (1945) dalam Perang Dunia II. Akibat pertempuran yang terjadi, ibukota Chechnya, Grozny, berubah menjadi puing dan reruntuhan, dimana kehancurannya hanya dapat ditandingi oleh kota Dresden di Jerman pada tahun 1945. Tak mengherankan apabila PBB pada tahun 2003 sampai “menobatkan” kota Grozny sebagai kota yang paling hancur lebur di muka bumi.

Buku berjudul “Perang Chechnya” ini mengulas sejarah perang Chechnya secara lengkap yang terbagi ke dalam dua periode, yaitu Perang Chechnya I (1994 – 1996) dan Perang Chechnya II (1999 – 2000). Buku ini akan membawa anda hanyut ke dalam dahsyatnya pertempuran dan gelora semangat perlawanan para pejuang muslim Chechnya yang dengan gagah berani mengobarkan Jihad melawan penjajahan kaum kafir Rusia demi tercapainya kemerdekaan dan tegaknya syariat Islam.

Selain itu, di akhir buku ini diceritakan pula profil singkat para pahlawan Perang Chechnya, yaitu para komandan lapangan pasukan pejuang Mujahidin Chechnya yang gugur di medan pertempuran, seperti Komandan Khattab, Abu al-Walid, Aslan Maskhadov, Ruslan Gelayev, dan Shamil Basayev. Rasakan heroisme perjuangan mereka dalam buku ini dan anda pun akan merasa bangga sebagai seorang muslim memiliki saudara-saudara seperti mereka. (***)

Tuesday, April 3, 2012

Transient Lunar Phenomena

Pernahkah anda mendengar istilah Transient Lunar Phenomena?

Transient Lunar Phenomena (TLP) adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan apa saja yang terlihat di Bulan yang seharusnya tidak ada di sana, atau anomali-anomali yang bertentangan dengan pandangan umum bahwa Bulan adalah suatu tanah yang mati dan kosong. Termasuk fenomena TLP ini adalah penampakan atau perubahan warna cahaya-cahaya aneh yang terlihat sesaat (selama beberapa detik) lalu menghilang, juga area permukaan Bulan yang terlihat seperti diselimuti kabut atau awan (kadangkala berwarna), serta bentuk-bentuk fisik yang tidak diketahui yang terlihat bergerak datang dan pergi.


Foto penampakan TLP yang diambil oleh Leon Stuart pada tanggal 15 November 1953.
TLP yang dimaksud adalah titik terang kecil yang tampak pada bagian tengah foto.

Subyek tentang TLP ini dinilai masih kontroversial karena hingga kini masih belum diketahui apa penyebab sebenarnya, sehingga kadangkala fenomena TLP ini juga dinilai sebagai hasil dari kesalahan pengamatan (misperception) atau kesalahan identifikasi (misidentification) pada kondisi kawah di Bulan oleh sejumlah pengamat amatir. Namun begitu, fenomena TLP ini ternyata telah diamati oleh para astronomer terkemuka dari seluruh dunia sejak zaman dahulu kala, dan bahkan oleh para astronot Apollo saat mengorbit di atas permukaan Bulan. Subyek ini secara resmi umumnya masih diabaikan oleh para astronomer dunia, mungkin karena mereka masih belum bisa menemukan jawaban akan penyebab munculnya fenomena ini.

Meskipun telah teramati sejak zaman dulu, namun secara resmi penampakan fenomena TLP ini dimulai pada tahun 1843, pada saat direktur observatorium Athena, Julius Schmidt, mengamati kawah Linne, di suatu area wilayah Bulan yang disebut Mare Serenitatis. Kawah ini memiliki diameter beberapa mil dan seluruhnya ditutupi oleh bayangan ketika mendekati terminator (wilayah Bulan yang berbatasan antara bagian yang terkena cahaya dengan bagian yang tertutup oleh bayangan). Pada tahun 1866, Schmidt mengamati sebuah noktah putih di dasar kawah Linne, yang anehnya pada pengamatan selanjutnya, noktah itu terlihat semakin mengecil. Schmidt percaya bahwa perubahan tersebut merupakan tanda-tanda adanya aktivitas vulkanik di Bulan. Pengamatan ini kemudian diakui sebagai penampakan fenomena TLP yang pertama kali tercatat.

Berikutnya, pada bulan November 1958, seorang astronomer Soviet bernama Nikolay A. Kozyrev, melakukan pengamatan di Observatorium Astrofisika Crimea, dan berhasil membuat foto sebuah semburan atau erupsi letupan gas di puncak kawah Alphonsus. Kozyrev juga mendeteksi adanya kilatan-kilatan cahaya merah selama sedikitnya satu jam di wilayah kawah tersebut. Pada tahun 1963, para astronomer di Observatorium Lowell juga menyaksikan seberkas kilatan cahaya kemerahan serupa di sebuah lembah di wilayah Aristarchus. Fenomena ganjil yang juga terjadi di dalam kawah Aristarchus ini memang merupakan peristiwa paling mencolok di permukaan Bulan, dimana di dasar sejumlah kawah yang terlihat di permukaan Bulan seringkali tampak mengalami perubahan warna, kadang-kadang menghasilkan cahaya merah atau kebiru-biruan, dan kadangkala pula disertai oleh semburan gas.

Fenomena panampakan TLP juga terjadi selama misi Apollo 11, dimana pihak Houston menginformasikan kepada awak Apollo 11 bahwa terdapat laporan observasi dari Bumi mengenai adanya TLP yang terjadi di sekitar Aristarchus. Laporan tersebut berasal dari para astronomer di Bochum, Jerman Barat, yang telah melihat sebuah pancaran cahaya di permukaan Bulan. Laporan para astronom Jerman itu kemudian diteruskan kepada pihak Houston, dan pihak Houston menyampaikannya kepada Neil Armstrong cs. Tidak lama setelah info tersebut disampaikan, Armstrong melaporkan kembali, "Hey, Houston, saya melihat ke arah utara Aristarchus sekarang, dan ada suatu area yang terlihat lebih terang dibandingkan area di sekitarnya. Sepertinya ada sejumlah sumber cahaya di sana."

Laporan-laporan di atas adalah sebagian kecil dari kasus penampakan cahaya-cahaya misterius yang disebut TLP itu. Selain letupan gas atau kilatan cahaya aneh yang terlihat di dasar atau puncak sejumlah kawah di Bulan, kilatan cahaya aneh juga terjadi dalam sejumlah kubah-kubah transparan yang ditemukan di permukaan Bulan. Kubah-kubah transparan ini salah satunya terlihat di dasar sebuah kawah yang berada tidak jauh dari kawah Copernicus. Kubah tersebut berbentuk aneh dan mamancarkan cahaya putih dan biru dari dalamnya.

Bukti adanya sejumlah kubah yang mengeluarkan cahaya di permukaan Bulan ini salah satunya datang dari laporan wahana antariksa Amerika, Ranger 2, yang berhasil mengabadikan sekitar lebih dari 200 foto kawah-kawah di permukaan Bulan yang memiliki kubah di dalamnya. Menyusul kemudian pada tahun 1967, sebanyak 33 foto kubah lainnya berhasil diabadikan oleh Lunar Orbiter 2 dan dipublikasikan di Washington D.C., namun tidak mendapat komentar ataupun respon dari pihak-pihak yang berwenang. Penemuan kubah-kubah aneh di permukaan Bulan ini mungkin bukanlah suatu hal yang baru karena telah dilaporkan oleh para astronom Perancis sejak lama dan menjadi anomali yang paling menarik minat para ilmuwan.

Hal yang paling menarik sekaligus membingungkan dari penampakan kubah-kubah tersebut adalah perilakunya yang terlihat bisa menghilang hanya untuk muncul kembali di suatu tempat lain di waktu yang berbeda. Mayoritas penampakan kubah tersebut adalah di dalam dasar sebuah kawah atau di sekitar suatu struktur aneh yang juga tak kalah menariknya. Apakah kubah-kubah transparan itu berhubungan dengan adanya aktivitas vulkanik di permukaan Bulan ataukah dengan adanya aktivitas alien di Bulan?

Dalam buku berjudul “New Lands”, Charles Fort mencatat ada banyak ragam penampakan fenomena TLP, yang kemudian melahirkan polemik berkepanjangan di kalangan para astronom. Fort mempelajari begitu banyak laporan mengenai TLP yang pernah didengarnya, antara lain penampakan kilatan cahaya di wilayah Aristarchus, Proclus, Bessel, Kepler, Carlini, Marius, Plato dan Mare Crisium, kemudian bintik-bintik hitam (black spots) di Plinius, Littrow dan Copernicus, juga penampakan "dua berkas garis lurus cahaya" di bagian barat kawah Messier, seberkas garis lurus cahaya yang melintas di tengah kawah Eudoxus, dan penampakan serupa yang juga terihat di kawah Aristarchus, termasuk pemunculan sebuah "tembok hitam" yang terlihat di Aristillus, segitiga berkilauan yang terlihat di kawah Plato, serta kabut kemerahan di kawah Hercules, Plato, dan Cassini.

Penjelasan konvensional para astronom mengenai penampakan fenomena TLP ini umumnya adalah disebabkan karena adanya letupan atau erupsi gas di permukaan Bulan, jatuhnya meteor, fenomena medan elektrostatis, hingga kondisi observasi yang keliru. Namun mereka tidak dapat menjelaskan penyebab penampakan-penampakan lainnya, seperti munculnya berkas sinar lurus seperti laser atau adanya kubah-kubah transparan. Semua laporan observasi yang terjadi sepanjang tahun itu menunjukkan bahwa fenomena yang disebut transient lunar phenomena itu terjadi secara periodik dan kemungkinan besar bukan merupakan fenomena alam biasa yang terjadi secara insidental atau kebetulan.

Fenomena TLP yang telah disebutkan di atas hanyalah sebagian contoh kecil dari anomali yang telah ditemukan di permukaan Bulan. Apa yang telah berhasil diketahui oleh pihak NASA selama ini jauh lebih banyak dan juga jauh lebih mencengangkan lagi. Namun semua bukti-bukti tersebut dirahasiakan secara rapat. Apa yang mereka katakan tentang Bulan selama ini kepada kita bukanlah fakta-fakta yang sebenarnya. Keberhasilan eksplorasi ruang angkasa yang dilakukan oleh wahana antariksa Ranger, Surveyor, Lunar Orbiter, dan Apollo, telah memberikan begitu banyak data-data misterius mengenai Bulan kepada mereka, tetapi baru 20% saja dari data itu yang dipelajari, dan hanya kurang dari 2%-nya yang kemudian dilaporkan dan diumumkan ke publik. Itu pun bercampur dengan kebohongan dan rekayasa kepentingan dari pihak NASA.